YOGYAKARTA – Sebanyak 200 peserta yang terdiri dari pelaku UMKM dan mahasiswa mengikuti gelaran Workshop Pengembangan Produk Kerajinan dan Pembuatan Batik Sawit Skala UKMK Berbahan Kelapa Sawit di Auditorium LPP Yogyakarta.
Kegiatan dengan topik “UMKM Sawit Naik Kelas” tersebut berlangsung pada 6 hingga 8 Maret di Yogyakarta yang diinisiasi oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).
Hadir sebagai peserta kegiatan adalah pelaku UMKM dari daerah Yogyakarta, pelaku UMKM Kabupaten Rokan Hilir, pelaku UMKM Belitung, dan Mahasiswa Politeknik LPP Yogyakarta.
Kepala Divisi UKMK BPDPKS Helmi Muhansyah dalam sambutan pembukaan mengatakan bahwa salah satu capaian yang ingin diraih melalui workshop tersebut adalah menjadikan UKMK sawit lebih baik dan naik kelas, sekaligus mempromosikan kebaikan-kebaikan sawit kepada masyarakat luas.
“Ini perlu dilakukan karena sawit memberi banyak manfaat dalam kehidupan kita, termasuk lewat banyaknya hilirisasi produk sawit,” kata Helmi.
Helmi menuturkan bahwa, secara umum BPDPKS membuka peluang kolaborasi dengan seluruh pihak, seperti asosiasi petani kelapa sawit, instansi pemerintah, perguruan tinggi dan pihak lain yang terkait dalam pengembangan produk-produk hilir sawit terutama bagi para pegiat UMKM.
“Itu dilakukan salah satunya agar memberi nilai tambah dan kesejahteraan bagi para pelaku industri sawit termasuk pegiat UMKM,” sambungnya.
Kegiatan dilanjutkan dengan Talkshow “UKMK Sawit Naik Kelas” dengan narasumber Junianto dari Pusat Pelatihan Sumber Daya Manusia Ekspor dan Jasa Perdagangan (PPEJP) Kementerian Perdagangan (Kemendag), Isnaini dari Balai Batik, Miftahudin Nur Ihsan dari CV Smart Batik dan Ratna Sri Harjanti dari PU-UMKM Politeknik LPP.
Isnaini dari Balai Batik memaparkan produk-produk kerajinan yang dapat diproduksi dengan bahan baku kelapa sawit maupun limbahnya. Di antaranya produk lidi sawit, kerajinan, dan batik berbahan baku malam sawit.
Ratna Sri Harjanti menampilkan beragam hasil penelitian Politeknik LPP Yogyakarta untuk pengembangan produk berbahan kelapa sawit berupa produk lilin aromatheraphy, sabun, produk makanan, dan parfum padat.
“Produk-produk ini dapat diproduksi dengan menggunakan teknologi sederhana sehingga dapat dikembangkan dalam skala UMKM,” tutur Ratna.
Junianto dari PPEJP Kemendag menjelaskan bahwa produk UMKM berbahan sawit dapat pula menyasar pasar global. Kegiatan ekspor dapat dilakukan oleh para pegiat UMKM sehingga memberikan peluang pasar yang lebih besar.
Pembicara terakhir Miftahudin Nur Ihsan berbagi pengalaman tentang proses pengembangan batik berbahan malam sawit. Inovasi berkelanjutan terus dilakukan oleh Sm-art Batik, baik dari bahan baku malam sawit maupun dari sisi motif/corak sawit pada batik yang diproduksi.
Pada hari kedua dan ketiga kegiatan, para peserta dari pelaku UMKM akan mengikuti sesi workshop produksi produk-produk berbahan sawit yaitu sabun, lilin aromaterapi, parfum padat, dan batik berbahan malam sawit. Workshop akan dilaksanakan di Unit Pengembangan Usaha (UPU) Politeknik LPP Yogyakarta dan lokasi Kerajinan Sm-art Batik Yogyakarta. (SDR)