JAKARTA – Kebun kelapa sawit seluas 571 hektare (ha) milik 238 petani yang tergabung dalam Asosiasi Petani Sawit Swadaya Anugrah meraih sertifikat Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) pada Pertemuan RT RSPO 2023 di Jakarta, Rabu (22/11/2023). Kebun kelapa sawit tersebut berlokasi di Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau.
Keberhasilan para petani ini mendapatkan Sertifikat RSPO tak lepas Program The SMallholder Inclusion for better Livelihood & Empowerment (SMILE) atau Program Inklusi Petani untuk Penghidupan & Pemberdayaan yang Lebih Baik.
Sutoyo, Ketua Asosiasi Petani Sawit Swadaya Anugrah mengatakan awalnya perjalanannya tidak mudah, karena banyak anggotanya yang tidak memahami keberlanjutan. Namun upaya pendampingan yang dilakukan oleh tim dari Program SMILE sangat membantu dan membimbing anggota dalam setiap tantangan yang dihadapi. “Selain itu juga memberikan solusi terbaik untuk membuat pelatihan dan audit,” kata Sutoyo.
Ivan Novrizaldie, Sustainability Head Asian Agri mengatakan koperasi yang dipimpin Sutoyo telah mengatasi rintangan besar dalam meraih sertifikasi RSPO. Ini merupakan bukti komitmen dan pendampingan yang diberikan oleh Program SMILE. “Kisah Sutoyo memberikan contoh kekuatan kolaborasi dan motivasi bersama yang pantang menyerah,” kata Ivan.
Dengan tekad yang teguh, kata Ivan, Sutoyo dan koperasinya menerapkan praktik berkelanjutan, mengatasi tantangan audit, dan berhasil meraih Sertifikat RSPO. “Pencapaian mereka menyoroti pentingnya kepercayaan dan keyakinan bersama dalam menemukan solusi,” katanya.
Bremen Yong, Director of Sustainability Apical Group mengatakan Program SMILE berperan penting dalam memberikan pelatihan dan bantuan kepada petani swadaya, serta memberdayakan mereka untuk menerapkan praktik berkelanjutan. Dengan berfokus pada inklusivitas dan memastikan tidak ada petani yang tertinggal, program ini bertujuan untuk meningkatkan standar keberlanjutan industri.
“Kami percaya bahwa keberlanjutan adalah tanggung jawab bersama, dan dengan memupuk inklusivitas, kita dapat membuat perbedaan. Satu-satunya solusi adalah melalui kepercayaan yang kuat dan semangat kolaborasi,” tegas Bremen Yong.
Menurut Bremen Yong, Program SMILE bukan hanya sekedar berdampak positif perusahaan Asian Agri, namun juga upaya kolaboratif yang dipupuk di seluruh rantai pasokan. “Keberhasilan Sutoyo melambangkan pentingnya upaya berkelanjutan SMILE untuk memastikan bahwa petani kecil dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk memastikan praktik pertanian yang baik berkelanjutan,” katanya.
Diketahui, Program SMILE diluncurkan pada 2020. Program ini telah berhasil meningkatkan semangat petani dan mendukung praktik berkelanjutan di industri kelapa sawit Indonesia. Hingga saat ini, telah menghasilkan 628 petani swadaya bersertifikat.
Program ini digagas dan hasil kolaborasi Apical, Asian Agri, dan Kao. Mereka menyadari bahwa petani memainkan peran penting dalam sektor kelapa sawit di Indonesia dan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap total produksi minyak kelapa sawit bagi negara Indonesia. Namun, mereka menghadapi banyak tantangan dalam memenuhi kriteria keberlanjutan yang ketat.
Karena jumlah petani swadaya saat ini kurang dari 20% dari total petani yang bersertifikat, maka tantangannya jelas. Menyadari pentingnya mengatasi kesulitan ini, Apical, Asian Agri, dan Kao bermitra untuk meluncurkan Program SMILE.
RSPO Dukung Program SMILE
RSPO mendorong dan mendukung sepenuhnya kolaborasi SMILE antar pelaku rantai pasok kelapa sawit dalam peningkatan kapasitas petani swadaya di Indonesia.
“Inisiatif terdepan ini menawarkan model bisnis yang signifikan yang berkontribusi terhadap aspirasi kolektif kami dalam memberdayakan petani untuk meningkatkan penghidupan dan meningkatkan inklusi petani swadaya untuk mencapai minyak sawit berkelanjutan sepenuhnya,” kata Guntur Cahyo Prabowo, RSPO Head of Smallholders Programme Indonesia. (SDR)