JAKARTA – Pemerintah bakal meningkatkan program mandatori biodiesel dari 35% menjadi 40% yang ditargetkan pada 2025. Bahan bakar ramah lingkungan ini digunakan kendaraan roda empat berbahan bakar diesel. Lantas, apa saja keuntungan BBM campur sawit ini?
Komite Teknik (Komtek) Bioenergi dan Migas Iman mengatakan kelebihan penggunaan bahan bakar ini tidak mencemari lingkungan. “Kelebihannya (B40) dia bisa berubah kembali ke alam dengan cepat, tidak mencemari lingkungan,” kata Iman.
Namun demikian, kata Iman, tak mudah merubah kebiasaan masyarakat yang terbiasa menggunakan bahan bakar minyak (BBM) jenis fosil ke BBN. Oleh karena itu, Iman mendukung sosialisasi untuk program B40.
Sementara itu, Anggota Kompartemen Teknologi Otomotif Masa Depan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) Abdul Rochim, menyebut BBM biodiesel bisa mengangkat kotoran lebih baik dibandingkan solar.
“Memang biodiesel salah satu kemampuannya itu memang bisa mengangkat kotoran. Sebenarnya bagus sih biodiesel itu karena bisa mengangkat kotoran yang tidak diangkat dengan solar. Nah, itu banyak kerak-kerak menjadi bersih,” jelasnya.
Sementara itu Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana mengatakan selama tahun 2021, penggunaan B30 atau Biodiesel 30% telah memberikan kontribusi yang besar bagi RI.
Kontribusi yang paling terasa adalah dari segi lingkungan. Program ini menurunkan emisi gas karbon (CO2) mencapai 24,7 juta ton. Mantan Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM menyampaikan, emisi dari bahan bakar berbasis sawit ini atau CO2 akan diserap kembali oleh sawit sehingga disebut karbon netral.
“Minyak diesel kita gunakan, kemudian keluar CO2. Kalau berbasis sawit, yang CO2 itu diserap kembali oleh pohonnya, jadi namanya karbon netral,” ujar Dadan.
Di sisi lain, ia mengatakan, baik BBM maupun biodiesel keduanya sama-sama tetap mengeluarkan emisi gas. Yang menjadi perbedaan ialah secara hulunya, yaitu terbuat dari minyak nabati dari sawit sehingga bisa diserap kembali oleh pohon tersebut.
Di sisi inilah keunggulan biodiesel terlihat. “”Tapi secara total netral, ya emisinya tidak nambah. Itulah kenapa disebut sebagai bahan bakar yang bersih,” katanya.
Di sisi lain, ia mengatakan, baik BBM maupun biodiesel keduanya sama-sama tetap mengeluarkan emisi gas. Yang menjadi perbedaan ialah secara hulunya, yaitu terbuat dari minyak nabati dari sawit sehingga bisa diserap kembali oleh pohon tersebut.
Di sisi inilah keunggulan biodiesel terlihat. “Tapi secara total netral, ya emisinya tidak nambah. Itulah kenapa disebut sebagai bahan bakar yang bersih,” tambahnya.
Selain itu, penggunaan BBN bisa menghemat devisa negara. Dengan B40 diprediksi jumlah impor BBM Indonesia akan berkurang. Bahkan negara disebut bisa hemat hingga sekitar Rp200 triliun.
“Jadi kalau kita tidak impor minyak solar sebesar 15 juta kiloliter (kl), kalau harganya itu (per liter) sekitar Rp13.000 dikalikan 15 juta (kl) ketemu sampai Rp200-an triliun,” kata Direktur Bioenergi, Direktorat Jenderal EBTKE, Kementerian ESDM Edi Wibowo.
Edi menjelaskan, perkiraan kebutuhan B30 atau kebutuhan solar di 2023 mencapai 37,5 juta kl. Adanya B40 akan membuat jumlah impor solar berkurang 40%.
Edi menambahkan, pada 2021 Indonesia menghemat devisa hingga Rp66 triliun berkat program B30. Padahal harga minyak dunia saat itu sedang turun. Artinya dengan harga minyak dunia yang sedang tinggi saat ini, maka uang negara yang bisa dihemat jelas lebih besar.
Apalagi mata uang dolar saat ini sedang menguat. “Ini kan dipengaruhi volume impor, harga, terus kurs dolarnya berapa. Kurs dolar lagi naik, produsen (jual) pakai dolar terus dirupiahkan, penghematannya sangat besar,” jelasnya.
Usai uji jalan B40 dilakukan implementasi B40 diharapkan bisa segera diterapkan. Pemakaian BBM khususnya biodiesel diharapkan dapat mengurangi impor BBM sekaligus meningkatkan bauran energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia.
“Saya senang performa B40 bisa merespons kebutuhan energi kendaraan. Emisinya bisa turun karena pemanfaatan bioenergi makin tinggi. Kita patut bersyukur negeri kita ini memberikan potensi sumber energi yang banyak,” ujar Menteri ESDM Arifin Tasrif.
Adapun uji jalan B40 telah dilaksanakan pada tanggal 27 Juli 2022 lalu. Untuk kendaraan dengan berat di bawah 3,5 ton, jarak tempuhnya adalah 50.000 km. Sementara kendaraan dengan berat lebih dari 3,5 ton jarak tempuhnya 40.000 km.
Update per 21 November 2022, 1 kendaraan dengan kode P1 telah menempuh jarak 50.000 km. Kendaraan tersebut sudah mencapai tahap akhir kegiatan uji jalan B40 dan dilakukan overhaul atau turun mesin. Sementara kendaraan lain masih dalam uji jalan.
Setelah hasil pengujian, bahan bakar B40 tidak memberikan dampak signifikan terhadap komponen mesin. Dan tidak terdapat dampak negatif performa kendaraan uji sampai dengan selesai uji jalan 50.000.km.
Diketahui, B40 atau biodiesel adalah campuran bahan bakar nabati (BBN) berbasis CPO atau minyak sawit mentah, yaitu Fatty Acid Methyl Esters (FAME) sebesar 40% dengan 60% bahan bakar minyak jenis solar. (SDR)