JAKARTA – Penyakit busuk pangkal batang yang dipicu oleh Ganoderma boninense adalah penyakit utama yang merugikan perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Pengendaliannya harus dilakukan secara menyeluruh. Karena itu, dibutuhkan tindakan kuratif yang ramah lingkungan untuk melengkapi tindakan preventif selama ini. Aplikasi fungisida organik jadi salah satu tindakan preventif yang ramah lingkungan.
Tindakan preventif sebelumnya sudah dilakukan oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) yang mengembangkan fungisida organik berbahan aktif alisin. Fungsida yang dikenal sebagai Ganor ini memang untuk pengendalian Ganoderma. Hingga saat ini pengembangan Ganor masih dilakukan untuk memastikan efikasinya di lapangan. Untuk meningkatkan efikasi, kandungan bahan aktif pengaya yakni hesperidin, rutin dan polifenol ditingkatkan.
Riset tentang peningkatan efikasi Ganor dilakukan oleh Achmad Yusup dan tim peneliti dari PT Riset Perkebunan Nusantara. Hasil penelitian ini dituangkan dalam buku Grant Riset Sawit 2023 yang diterbitkan oleh BPDPKS. Hasil uji kompatibilitas menunjukkan hubungan interaksi antara Ganor dengan ketiga bahan aktif di tas bersifat aditif. Kombinasi terbaik Ganor dengan ketiga bahan aktif pengaya kemudian diuji in vitro untuk menentukan dosis rekomendasi yang diperbolehkan untuk ketiga kombinasi adalah 1,6%.
Uji lanjutan dengan Bavendamm test untuk perlakuan dengan tingkat penghambatan 100% dengan hasil seluruhnya dapat mematikan isolat Ganoderma. Masing-masing kombinasi dengan dosis 1,6% diuji kontak terhadap koloni Ganoderma. Pengujian lethal concentrate 50 (LC50) juga dilakukan pada ketiga kombinasi, konsentrasi LC50 untuk Ganor+Hesperidin adalah adalah 0,389%, untuk Ganor+Rutin 0,343%, dan untuk Ganor+Polifenol 0,239%.
Hasil pengujian kontak menunjukkan kombinasi fungisda organik Ganor+Polifenol dapat merusak dan meluruhkan jaringan miselium Ganoderma. Bahkan kurang dari 24 jam setelah aplikasi. Sedangkan dua perlakuan lainnya belum mampu merusak dan meluruhkan jaringan miselium Ganoderma. Bahkan 72 jam setelah aplikasi. Kerusakan jaringan miselium ini lalu dikarakterisasi menggunakan scanning electron microscope (SEM) dan terlihat kerusakan yang disebabkan Ganor+ terhadap jaringan miselium Ganoderma.
Pengujian berikutnya adalah uji fitotoksik pada daun bibitan sawit. Hasil yang diperoleh adalah tidak adanya gejala kerusakan pada jaringan daun pada konsentrasi tertinggi. Dari serangkaian pengujian ini, disimpulkan bahwa kombinasi fungisida organik Ganor+Polifenol adalah yang paling efektif merusak jaringan miselium Ganoderma.
Kombinasi Ganor+Polifenol ini kemudian ditambahkan 5% texapon agar formulasinya stabil. Formulasi ini kemudian diuji efektivitasnya secara in vitro pada koloni Ganoderma selama 6 bulan. Hasilnya tingkat penghambatan koloni Ganoderma tetap 100%. Hal ini jadi indikasi bahwa formulasi yang sudah didapatkan stabil. Pengujian in vivo pada bibitan sawit yang diinokulasikan Ganoderma secara sengaja sudah dilakukan dengan interval aplikasi 14 hari. Dosis yang diujikan adalah 0,5 kali hingga 2 kali dosis rekomendasi yakni 1,6%.
Hasil pengujian sementara ini menunjukan tren yang lebih baik dibanding kontrol tanpa perlakuan. Meski demikian, pengujian ini masih perlu pengamatan lanjut hingga minimal 6 bulan setelah aplikasi pertama agar pengaruh aplikasi Ganor+ dapat lebih terlihat hasilnya. (NYT)