NUSA DUA – Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Rachmat Pambudy, menyoroti pesatnya ekspansi sawit dari 0,1 juta hektare (ha) pada 1950 kini menjadi 17 juta ha. Ia mengingatkan perlunya pengelolaan yang hati-hati agar tidak mengorbankan keberlanjutan lingkungan dan kebutuhan pangan.
Hal itu diungkapkan saat menyampaikan sambutannya pada acara 21st Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2025 and 2026 Price Outlook yang digelar di Bali, Kamis (13/11/2025).
Dalam visi Indonesia Emas 2045, kata Rachmat Pambudy, industri sawit diposisikan sebagai antara lain motor energi terbarukan, penyokong ketahanan pangan global, pencipta jutaan lapangan kerja hijau, serta fondasi bagi industri hilir seperti biofuel, oleokimia, dan green manufacturing.
Baca Juga: Airlangga Tegaskan Sawit Jadi Pilar Ekonomi dan Energi Bersih
Dia menilai, industri sawit dinilai sebagai tulang punggung yang menyokong ketahanan pangan global, energi terbarukan, penciptaan jutaan lapangan kerja hijau, serta fondasi bagi industri hilir seperti biofuel, oleokimia, dan green manufacturing.
Dalam visi 2045, Indonesia menjadi negara berpendapatan tinggi, menghapus kemiskinan, memperkuat kepemimpinan global, dan mencapai net-zero 2060. Sektor sawit diposisikan sebagai model transformasi berkelanjutan yang mendukung SDGs sekaligus mendorong pembangunan perdesaan dan pemerataan kesejahteraan.
Lebih lanjut, Rachmat mengatakan, peta jalan sawit masa depan harus menempatkan keberlanjutan, keadilan, dan diplomasi sebagai pilar utama. Indonesia telah membuktikan komitmennya melalui kemenangan di WTO dalam sengketa diskriminasi sawit, penguatan sertifikasi Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO), reforma regulasi, serta modernisasi dan pemberdayaan petani kecil agar mampu bersaing dalam rantai pasok global.
Ia menegaskan bahwa sawit bukan hanya komoditas, tetapi “jembatan kemanusiaan” yang harus terkelola secara adil, berkelanjutan, dan setara dalam diplomasi global. “Sehingga pada 2045, industri ini menjadi simbol kerja sama global, bukan kontroversi,” tegas Rachmat. (SDR)

