NUSA DUA – India tengah berada pada fase kritis dalam memenuhi kebutuhan minyak nabati nasional. Dengan konsumsi yang terus meningkat dan ketergantungan impor yang tinggi, India dinilai harus mengambil langkah strategis untuk meningkatkan produksi domestik sekaligus memperkuat kerja sama dengan negara produsen.
Hal itu diungkapkan Chairman Asian Palm Oil Alliance (APOA) Atul Chaturvedi saat menjadi pembicara di Indonesia Palm Oil Conference (IPOC) 2025, Nusa Dua, Bali, Jumat (14/11/2025).
“India adalah pasar minyak nabati terbesar di dunia, namun sekaligus negara yang paling rentan karena ketergantungan impor mencapai 60%. Ini adalah tantangan besar yang tidak bisa diatasi hanya dengan kebijakan tarif, melainkan melalui upaya peningkatan produksi domestik dan kemitraan regional yang lebih kuat,” ujar Atul Chaturvedi.
Baca Juga: Industri Sawit Harus Jadikan EUDR sebagai Peluang
Dalam paparannya, Chaturvedi menyampaikan bahwa permintaan minyak nabati India diproyeksikan naik signifikan seiring pertumbuhan ekonomi dan demografi. India kini merupakan ekonomi terbesar kelima dunia dan diperkirakan naik ke posisi ketiga pada 2030.
Untuk diketahui, India menyumbang 11% permintaan global minyak nabati. Konsumsi nasional sekitar 26,5 juta ton, dengan minyak sawit berkontribusi 37%. Impor sawit India mencapai 8,25 juta ton, atau 50% dari total impor minyak nabati.
Pada 2047, konsumsi minyak nabati diprediksi mencapai 50 juta ton, dengan konsumsi sawit bisa naik menjadi 19 juta ton. “Pertanyaannya sederhana tetapi krusial: dari mana minyak sebanyak itu akan dipenuhi?” tegas Chaturvedi.
Baca Juga: Sawit Pilar Indonesia Emas 2045 dan Motor Transformasi Hijau
India beberapa kali melakukan penyesuaian tarif impor untuk mengontrol harga konsumen dan menjaga margin petani. Namun Chaturvedi menilai strategi tarif bukan solusi jangka panjang.
“Tarif tinggi ibarat ular yang memakan ekornya sendiri. Alih-alih menekan eksportir luar negeri, yang terbebani justru konsumen domestik. Harga naik, daya beli turun, dan industri ikut terpukul,” katanya. (SDR)

