BOGOR – Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mengadakan pertemuan dengan Komite Litbang Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) untuk koordinasi dan sinkronisasi program riset dan pengembagan industri kelapa sawit. Dua lembaga ini memiliki perhatian besar pada riset tentang kelapa sawit dan implementasinya sebagai bahan dalam pengembangan industri sawit maupun produk turunannya.
Dalam pertemuan ini, Ketua Bidang Riset dan Pengembangan GAPKI, Dwi Asmono memaparkan tiga program utama riset yang dilakukan GAPKI. “Ada tiga program utama yakni riset, inovasi, dan best practice management,” kata Dwi Asmono di Bogor pada 29 Mei 2023. Riset difokuskan pada peningkatan produktivitas sawit, kelestarian lingkungan, pengayaan sumber daya genetik, eksplorasi mikroba hingga hilirisasi produk kelapa sawit.
Sedangkan inovasi berupa pengembangan teknologi praktis seperti teknologi mekanisasi dan digitalisasi perkebunan sawit, teknologi prakiraan iklim dan mitigasi kebakaran lahan, serta strategi replanting yang efektif untuk percepatan Peremajaan Sawit Rakyat (PSR). “Sedangkan best practice management berupa penyediaan buku panduan best practice management, pembinaan petani plasma dan swadaya, kampanye sawit baik melalui rujukan ilmiah,” katanya.
Terkait dengan riset sawit, anggota Komite Litbang BPDPKS, Didiek H. Goenadi mengatakan sejak 2016 BPDPKS telah menyusun roadmap riset sawit. Riset ini difokuskan pada tujuh bidang yakni budidaya, pasca-panen dan pengolahan, pangan dan kesehatan, bioenergi, oleokimia dan biomaterial, lingkungan dan sosial-ekonomi, bisnis, manajemen, pasar serta teknologi informasi dan komunikasi. Roadmap ini diterjemahkan ke dalam prioritas setiap tahun untuk menetapkan riset prioritas yang akan didanai dengan program Grant Riset Sawit (GRS).
“Riset dan pengembangan adalah elemen penting dalam pengembangan sektor kelapa sawit yang berkelanjutan,” kata Didiek H. Goenadi. Riset dan pengembangan ini harus memberi solusi atas persoalan yang dihadapi industri kelapa sawit. “Misalnya masalah produktivitas, awareness pada lingkungan, inovasi produk baru, dan lain-lain,” katanya. Solusi yang ditawarkan meliputi juga kesejahteraan petani sawit.
Kolaborasi dan sinkronisasi riset sawit yang diinisiasi GAPKI direspon positif oleh Bustanul Arifin. Langkah ini merupakan upaya GAPKI menggerakkan demand-driven research. “Kebutuhan riset datang dari calon pengguna,” katanya. Harapannya kebutuhan riset ini dapat diterjemahkan oleh peneliti sehingga menghasilkan riset yang manfaatnya dirasakan langsung. “BPDPKS telah berkontribusi mendukung riset dan pengembangan dengan dukungan dana sawit,” katanya.
Sementara itu, Plt. Direktur Penyaluran Dana BPDPKS Zaid Burhan Ibrahim mengatakan bahwa kebutuhan riset yang didanai BPDPKS dibuat berdasarkan roadmap riset untuk penentuan riset-riset prioritas setiap tahun. Pihaknya berkomitmen meningkatkan kemajuan industri sawit melalui program riset dan pengembangan. “Hasil riset yang sudah didanai harus dimanfaatkan oleh industri sawit dan produk turunannya,” katanya. (NYT)