JAKARTA – Limbah cair sawit atau palm oil mill effluent (POME) merupakan salah satu produk sampingan dari industri pengolahan kelapa sawit. Sebagaimana limbah lainnya, POME bisa mencemari lingkungan.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebutkan, untuk setiap 1 ton minyak sawit menghasilkan 2,5 meter kubik POME. Penelitian lain menyebutkan dalam pengolahan 1 ton tandan buah segar (TBS) kelapa sawit bisa menghasilkan 0,7 sampai 1 meter kubik POME.
Dari jumlah itu, ada potensi dihasilkan 15,625 meter kubik gas metana yang merupakan gas rumah kaca dengan tingkat bahaya 28 sampai 84 kali lebih tinggi dari karbon dioksida. POME diurai di kolam limbah dibiarkan membusuk secara alami. Proses pembusukan biomassa ini akan menghasilkan biogas dengan kandungan utama (62%) gas methana (CH4).
Sepanjang 2015-2020 rata-rata produksi POME setiap tahunnya sebanyak 98,3 juta meter kubik. Ironisnya, POME ini tidak dapat langsung dibuang karena memiliki kadar polutan yang tinggi sehingga diperlukan teknologi pengolahan limbah agar dapat mengurangi kadar polutan tersebut.
Kemenperin menyatakan terdapat teknologi pengolahan POME yang mampu mengubah limbah kelapa sawit dari bahan berbahaya menjadi limbah yang ramah lingkungan. Teknologi itu dinamakan anaerobik.
Teknologi ini dapat mengubah POME menjadi produk bermanfaat seperti biogas dengan penambahan material tertentu (inokulasi). Sistem anaerobik merupakan salah satu teknologi yang banyak digunakan untuk mengolah limbah kelapa sawit.
Pengolahan air limbah POME secara anaerobik mampu mendegradasi dan mengonversi hampir keseluruhan bahan organik kompleks menjadi energi biogas. Bila ini diterapkan maka Indonesia berpotensi menghasilkan 258 miliar meter kubik biogas yang dapat dimanfaatkan secara optimal. Meskipun demikian masih diperlukan penelitian lebih lanjut terkait pemanfaatan POME untuk biogas sehingga hasil yang didapat bisa lebih optimal.
Staff Clean, Affordable, and Secure Energy for Southeast Asia Project Fadhil Ahmad Qamar mengatakan, Indonesia yang mempunyai 14 juta hektare (ha) lahan kelapa sawit bisa menghasilkan 28,7 ton POME setiap tahunnya. Dengan jumlah itu, diperkirakan bakal ada emisi 12,4 juta ton karbon dioksida ekuivalen.
Gas yang muncul dari POME bisa dimanfaatkan untuk sumber energi terbarukan. Selain itu, pemanfaatan POME juga dinilai mengurangi emisi gas rumah kaca. “Potensi pemanfaatan POME bisa menghasilkan listrik dengan kapasitas seperlima sampai seperenam pembangkit yang ada (di Indonesia) sekarang,” sebut Fadhil dalam lokakarya di Balikpapan, belum lama ini.
Namun, saat ini pemanfaatan limbah itu dianggap masih rendah. Salah satu hambatannya adalah biaya awal yang tinggi untuk mengolah POME hingga akhirnya bisa menjadi sumber energi.
Di Kalimantan Timur (Kaltim) yang merupakan daerah dengan luasan kebun kelapa sawit terluas kelima di Indonesia yang punya 160-an pabrik crude palm oil (CPO), tapi baru lima pabrik mengolah POME jadi sumber listrik.
Kepala Seksi Mitigasi Emisi Gas Rumah Kaca Dinas Perkebunan Kaltim Fauzi mengakui besarnya biaya investasi awal masih membuat pabrik kelapa sawit enggan memanfaatkan limbahnya. Kendati demikian, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltim terus mendorong pabrik untuk mengolah limbah itu.
Selain pelatihan, pengalaman baik dari pabrik yang mengolah POME sudah disampaikan ke pabrik-pabrik lain. “Perusahaan yang sudah miliki (pembangkit listrik tenaga gas berbahan POME), BEP (break event point atau balik modal) dalam empat sampai lima tahun,” sebut Fauzi. (SDR)