JAKARTA – PT Pulau Subur Tbk (PTPS), perusahaan perkebunan kelapa sawit resmi mencatatkan saham perdana atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (9/10/2023). Pada pada pukul 09.00 WIB harga sahamnya naik 3,03% ke posisi Rp204 per saham.
Saham PTPS berada di level tertinggi Rp218 per saham dan level terendah Rp200 per saham. Total frekuensi perdagangan sebanyak 2.000 kali dengan volume perdagangan 8,03 juta saham dan nilai transaksi harian Rp1,69 miliar.
Direktur Utama PTPS Felix Safei mengatakan tingginya antusias masyarakat untuk memiliki saham perseroan tidak terlepas dari kondisi fundamental yang positif di tengah tren peningkatan permintaan crude palm oil (CPO) di tingkat global. “Perseroan mencatatkan kelebihan permintaan saham (oversubscribed) saham hingga 19,53 kali,” ujar Felix seperti dikutip antaranews.com.
Menurutnya, rencana pemerintah untuk membentuk bursa perdagangan CPO akan berdampak positif bagi industri kelapa sawit, sehingga mampu menciptakan katalis menguntungkan untuk perusahaan perkebunan kelapa sawit. “Terbentuknya bursa CPO diharapkan bisa menjaga stabilitas harga di dalam negeri,” ujar Felix.
Pihaknya optimistis tren peningkatan penjualan perseroan dari tahun ke tahun dapat mengatrol laba bersih tahun berjalan pada 2023 mencapai Rp29,11 miliar atau tumbuh 5,2% year on year (yoy).
Dalam aksinya, perseroan melepas sebanyak 450 juta lembar saham atau setara 20,76% dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah IPO, dengan harga penawaran umum senilai Rp198 per saham, sehingga berhasil meraih dana segar senilai Rp89,10 miliar.
Seluruh dana yang diperoleh hasil IPO setelah dikurangi biaya emisi efek akan digunakan untuk belanja modal sebanyak 50% untuk pembangunan pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) berkapasitas 10 ton per jam.
Adapun, lokasi pembangunan pabrik PKS berada di dalam kawasan HGU di Desa Gelebak, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Rencananya pembangunan pabrik dimulai pada 2024 dan dapat dipastikan kontraktor pembangunan pabrik PKS tidak terafiliasi dengan perseroan.
Kemudian, modal kerja sebanyak 50% untuk pembelian tandan buah segar (TBS), pemeliharaan jalan, pembelian traktor dan peralatan produksi. Adapun bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek yaitu PT NH Korindo Sekuritas Indonesia. (SDR)