JAKARTA – Sebanyak 611 perusahaan anggota Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) hingga saat ini telah mengantongi sertifikat Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO). Jumlah itu setara dengan 90% dari total anggota GAPKI yang berjumlah 731 perusahaan perkebunan sawit.
GAPKI berkomitmen supaya sisanya yang 10% yang belum mengantongi sertifikat bisa secepatnya mendapatkan sertifikat ISPO. “Karena bagi GAPKI, bicara sustainability adalah ISPO. Kita tidak bisa ngomong soal sustainability apabila kita belum bersertifikat ISPO. Ini merupakan tekad GAPKI,” kata Sekretaris Jenderal (Sekjen) GAPKI Hadi Sugeng pada acara Press Conference IPOC 2023 di Jakarta, Selasa (3/10/2023).
Menurutnya, GAPKI telah berkomitmen bahwasanya 100% anggotanya akan mengantongi sertifikasi ISPO. “Karena ISPO sendiri adalah mandatory bagi perusahaan sawit di Indonesia,” katanya.
Menurut Hadi Sugeng, sertifikat ISPO yang telah dikeluarkan pemerintah telah mencapai 1.005 sertifikat ISPO. Sementara itu total perusahaan perkebunan sawit di Indonesia ada sekitar 3.000an. “Jadi baru sekitar 30% saja yang sudah bersertifikat ISPO,” katanya.
GAPKI, kata Hadi Sugeng, mendukung upaya penyempurnaan ISPO yang saat ini dilakukan pemerintah. “Sampai hari ini kita terus terlibat untuk menyempurnakan yang belum sempurna,” katanya.
Bagi GAPKI, kata Hadi Sugeng, ISPO merupakan hal yang sangat bagus untuk keberlanjutan perkebunan sawit di Indonesia. Sebab, ISPO merupakan akumulasi dari peraturan-peraturan yang berlaku di Indonesia.
“Kita memang menyadari sampai hari ini keberterimaan ISPO di dunia juga masih belum diterima, tapi itu adalah tantangan kita bersama. PR kita untuk saat ini adalah kita back up ISPO, kemudian kita berkomitmen untuk menjalankan sertifikat ISPO. Setelah itu bersama pemerintah terus kita gencarkan kampanye positif di dalam dan luar negeri khususnya untuk mendorong agar ISPO ini bisa diterima di pasar global,” papar Hadi Sugeng. (SDR)