JAKARTA – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengingatkan petani untuk meremajakan kebun sawit. Karena sawit punya usia maksimum produktif hanya 25 tahun. Setelah berumur 25 tahun, produktivitas tanaman sawit terus menurun.
“Ketika usia pohon mulai tua, produktivitas sawit menurun. Untuk itulah perlu dilakukan replanting,” kata Periset Teknologi Pengujian dan Standar BRIN Daryono Restu Wahono.
Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) mencatat dari total 6,7 juta hektare (ha) lahan sawit petani, ada sekitar 2,4 juta ha yang wajib diremajakan karena usia tanaman yang lebih dari 25 tahun. Pemerintah menargetkan peremajaan atau replanting kebun sawit milik petani seluas 540.000 ha hingga 2024.
Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) mengungkapkan realisasi program peremajaan sawit rakyat (PSR) baru mencapai 256.744 ha terhitung sejak 2016 sampai 30 Juni 2022.
Daryono menekankan pentingnya peremajaan menggunakan bibit unggul hasil pemuliaan tanaman. Pemuliaan itu telah melalui uji keturunan dengan metode yang telah diuji dalam SNI 8211:2023, yaitu seleksi melalui pengujian progeni dengan metoda yang telah teruji secara ilmiah.
Menurutnya, penelitian melalui pengujian progeni dengan metode yang telah teruji secara ilmiah dapat menghasilkan kemurnian tidak kurang dari 98% kecambah sawit cangkang tipis.
Skema persilangan antar populasi melalui uji keturunan dengan metode yang telah diuji memungkinkan terjadinya eksploitasi heterosis yang akan meningkatkan kinerja persilangan kedua populasi tanaman.
Namun, program pemuliaan tanaman melalui uji keturunan dengan metode yang telah diuji dilakukan untuk memperoleh bahan tanaman unggul tidak terlepas dari kegiatan persilangan tetua terpilih.
Daryono mengungkapkan jika intensifikasi yang dilakukan menggunakan benih yang berstandar SNI 8211:2023 sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2020 tentang Sistem Sertifikasi Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia, maka produksi sawit Indonesia akan mencapai 89,976 juta ton pada 2025. (SDR)