JAKARTA- Perkebunan kelapa sawit adalah harta karun yang tak ternilai harganya. Terutama bagi negara-negara yang secara geografis sesuai dan strategis untuk pengembangan tanaman monokultur tersebut. Namun, tak semua berujung baik. Malah emas hijau ini menjadi sarana korupsi dan perebutan antar kartel narkoba.
“Saya mendapatkan ancaman mati dari masyarakat yang merasa terganggu dengan keberadaan kami yang ingin menekan perluasan perkebunan sawit di taman-taman nasional,” kata seorang jagawana (petugas penjaga hutan), Adonias Cruz, seperti dikutip theguardian.com, Senin (27/11).
Cruz dan timnya saat itu sedang mengawasi pembukaan kebun sawit ilegal di salah satu taman nasional.
Cruz, 28 tahun, adalah satu dari sedikit mereka yang mendedikasikan hidupnya untuk menjaga kelestarian lingkungan. Apalagi dengan meningkatnya permintaan minyak sawit yang tinggi di pasar global, marak pembukaan perkebunan sawit ilegal. Bahkan, taman-taman nasional yang dikelola pemerintah menjadi sasaran penjarahan.
“Ini pekerjaan yang penuh risiko. Taruhannya nyawa. Masyarakat melihat kami seperti musuh yang setiap saat bisa menjadi target pembunuhan,” kata Cruz.
Salah seorang rekan Cruz, Cesar Ortega, juga mengamini bahwa pekerjaan mereka sebagai penjaga hutan memiliki risiko yang tinggi. “Mulai kita keluar rumah, kita mau ke mana, kita selalu diawasi. Bahkan begitu kami tanpa dikawal tentara, risiko kami menjadi semakin besar,” katanya.
Tugas Cruz dan Cesar memang sangat berat. Mengawasi pembukaan perkebunan kelapa sawit ilegal. Ketika permintaan akan minyak sawit sangat tinggi, pemerintah mendorong membuka kebun sawit lebih luas lagi. Ini yang mendorong terjadinya korupsi dan kolusi antara pejabat pemerintah dengan pebisnis hitam, termasuk berkolusi membuka perkebunan kelapa sawit di taman-taman nasional.
Saat ini, minyak sawit menyumbang 40% dari total permintaan atas minyak nabati. Produksi minyak sawit meningkat tajam dari 15,2 juta ton pada 1995 menjadi 62,6 juta ton pada 2015. Amerika Latin menyumbang 7% dari total produksi minyak sawit dunia.
Selain masalah lingkungan, perkebunan kelapa sawit menjadi tempat empuk untuk pencucian uang para kartel narkoba. “Investasi pada perkebunan sawit seperti menjadikan uang dari bisnis haram narkoba bisa dibenarkan. Dan ini memudahkan para kartel narkoba mengamankan wilayah mereka yang dikamuflase dengan perkebunan sawit,” kata France Thomson, seorang pakar kajian wilayah Amerika Latin.
Situasi pengembangan perkebunan kelapa sawit yang dilematis di atas tentu saja bukan terjadi di Indonesia ataupun Malaysia. Tetapi di Honduras, sebuah negara di Amerika Latin, yang sedang gencar-gencarnya mengembangkan sektor perkebunan kelapa sawit di negara. Honduras baru saja bergabung sebagai anggota ketiga CPOPC (Organisasi Negara-Negara Produsen Minyak Sawit), bersama Indonesia dan Malaysia. (LIA)