JAKARTA – Uni Emirat Arab (UEA) tertarik menggunakan bioavtur campuran minyak sawit asal Indonesia. PT Pertamina (Persero) melalui PT Pertamina Patra Niaga, Subholding Commercial & Trading, sudah menjajaki kerja sama dengan UEA untuk membuka kesempatan ekspor bioavtur dari Indonesia.
Hal itu diungkapkan Taufik Aditiyawarman, Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), Subholding Refining & Petrochemical Pertamina seperti dikutip dari CNBC Indonesia dalam program Energy Corner, Rabu (03/01/2024).
“Jadi yang pertama mungkin sekarang kerja sama dengan Patra Niaga adalah di Uni Emirat. Berarti kan paling tidak sudah terbuka dengan Uni Emirat,” katanya.
Selain Uni Emirat Arab, menurut Taufik, masih banyak negara lainnya yang berminat untuk beralih ke bahan bakar yang lebih bersih dan ramah lingkungan lantaran memanfaatkan tumbuhan sebagai bahan campurannya.
“Artinya kan traders kemudian negara, traders dari berbagai negara terhadap biofuel development untuk yang Green Refinery Phase 2. Green Refinery Phase 2 artinya bioavtur yang bisa kita produksi 100% nantinya. Artinya itu pun merefleksikan bagaimana ketertarikan pasar global terhadap bioavtur yang ada di kita, di Indonesia,” tambah dia.
Adapun, saat ini produksi bioavtur di Indonesia dilakukan di Green Refinery Kilang Cilacap dengan campuran minyak sawit sebesar 2,4% berkapasitas 9.000 barel per hari (bph). Bahan bakunya yaitu produk turunan sawit, Refined Bleach Deodorized Palm Kernel Oil (RBDPKO).
Dengan begitu, Taufik menyebutkan bahwa kandungan bioavtur sebesar 2,4% sudah terbukti memenuhi kriteria untuk penerbangan. “Karena itu kan sudah diuji coba, artinya kan titik beku sudah memenuhi minus 47 di ketinggian 10.000 meter. Itu hal yang wajib kita dapatkan,” ujarnya.
Selain itu, pihaknya saat ini tengah mengusahakan agar bioavtur perusahaan bisa mendapatkan sertifikasi global. “Nah sertifikasi dari international institution seperti yang kita dapatkan untuk HVO, untuk HVO 100%, sehingga itu market global bisa langsung accept,” katanya.
Tak hanya itu, pihaknya kini juga tengah memastikan pasokan RDBPKO alias minyak inti sawit sudah dibersihkan dari bau dan warna, serta mendapatkan sertifikasi Health, Safety, Security, and Environment (HSSE).
“HSSE itu sertifikasi untuk sustainability terhadap biofuel. Nah ini yang akan kita push terus di tahun ini, supaya nanti begitu kita produce, artinya market global sudah bisa menerima,” tandasnya.
Seperti diketahui, produk bioavtur Pertamina ini telah dilakukan uji coba pada dua maskapai di Tanah Air. Pertama, pesawat CN235-200 milik PT Dirgantara Indonesia (PTDI). Kemudian, uji coba selanjutnya dilakukan bersama Garuda Indonesia dengan menggunakan jenis pesawat Boeing 737-800 NG. (SDR)