BANDUNG – PT Astra Agro Lestari, Tbk (AALI) mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/capex) tahun ini sekitar Rp1,5 triliun. Alokasi terbesar dari capex tersebut untuk membiayai replanting dan perawatan tanaman yang belum menghasilkan (TBM).
“Sekitar Rp1,5 triliun. Alokasi terbesar dari capex untuk membiayai replanting dan perawatan tanaman yang belum menghasilkan (TBM),” ujar Chief Executive Officer (CEO) AALI Santosa pada acara Talk to The CEO di Bandung, Jumat (16/2/2024)
Menurut Santosa, perseroan telah merencanakan untuk melakukan replanting kebun seluas 5.000 hektare (ha). Astra Agro tiap tahun memang konsisten mereplanting kebun di kisaran 5.000-6.000 ha, walaupun sejatinya ada sekitar 75.000 ha kebunnya yang masuk masa replanting.
“Sebenarnya (kebun seluas 75.000 ha) kita sudah lewati usia replanting. Kami masih pelan-pelan lakukan replanting, karena kalau kami replanting total produksi kami akan drop,” kata Santosa.
Selain itu, dengan hanya melakukan replanting seluas 5.000 ha, perseroan juga masih bisa membagikan dividen ke pemegang saham. “Kenapa 5.000 ha? Karena dengan asumsi harga CPO hari ini, dengan demikian kami masih bisa bagi dividen. Usia Astra Agro sudah 35 tahun, nggak lucu kalau nggak bagi dividen,” ujar Santosa.
Total kebun inti yang dikuasai Astra Agro sekitar 220.000 ha. Dari jumlah tersebut ada sekitar 75.000 ha atau sekitar sepertiganya ditanam di periode tahun 1993-1994 atau 3-4 tahun sebelum melakukan penawaran saham terbatas (initial public offering/IPO) pada 1997 silam.
Santosa memaparkan, pihaknya melakukan replanting tidak hanya bergantung usia tanaman. Kendati usia tanaman sudah di atas 25 tahun, namun jika masih produktif masih akan dipertahankan.
“Tergantung yield rata-rata Astra Agro. Saya ingin yang direplanting itu yang yield-nya di bawah rata-rata. Kebijakan ini kami lakukan sampai tanaman muda sudah mulai masuk pada puncak produksi. Kalau sudah begitu, baru kami berani agresif untuk lakukan replanting,” papar Santosa.
Walaupun kebijakan ini, kata dia, mungkin perlu tiga siklus untuk stabil. “Tapi kan nggak bisa perusahaan seperti kami tiba-tiba right issue hanya untuk replanting, kan nggak lucu. Justru akan bikin nervous pemegang saham. Sepanjang menunggu masa stabilizing ini kita harus tetap growth,” katanya. (SDR)