JAKARTA – Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), sebuah organisasi global untuk minyak kelapa sawit berkelanjutan, menyebutkan bahwa terdapat peningkatan keanggotaan RSPO Indonesia hingga 19%. Sebagian besar berasal dari lembaga swadaya masyarakat (LSM) lingkungan.
“Terdapat peningkatan keanggotaan RSPO Indonesia hingga 19% Sebagian besar berasal dari NGO lingkungan, produsen barang-barang konsumsi, serta petani kecil atau petani swadaya,” ujar CEO RSPO Joseph D’Cruz dalam konferensi pers di sela acara RT RSPO 2023, di Jakarta, Selasa (21/11/2023).
Wilayah yang disertifikasi RSPO di Indonesia pun diprediksi naik sebesar 6% sepanjang Januari-September 2023. “Pada tahun 2022 untuk wilayah yang disertifikasi RSPO Indonesia itu tumbuh sebesar 4%, dan diprediksi bisa naik sebanyak 6% dari Januari 2023 hingga September 2023,” ujarnya.
Joseph mengatakan, pertumbuhan tersebut merepresentasikan lebih dari 2,5 juta hektare (ha). Area perkebunan tersebut termasuk milik perusahaan dan perkebunan petani mandiri yang telah tersertifikasi.
Dia menyebutkan, produk minyak kelapa sawit yang telah bersertifikasi berkelanjutan (Certified Sustainable Palm Oil/CSPO) juga naik secara signifikan. Tercatat, produksi CSPO sebesar 8,4 juta ton pada 2021. Angka tersebut naik sebesar 2,9% yakni menjadi 8,64 juta ton pada 2022. “Jadi peningkatan produksi ini memang penting, bukan saja dari segi ekonomi tetapi juga menunjukkan betapa sawit merupakan sektor penting dan sentral bagi ekonomi Indonesia,” ujarnya.
Menurut Joseph, adanya perkembangan tersebut menjadi suatu tanda kesiapan Indonesia untuk mengadopsi minyak sawit berkelanjutan. “RSPO sangat siap untuk menjadi mitra dalam mendorong perubahan ini,” kata dia.
Dia mengatakan, RSPO selama ini juga aktif terlibat dengan komisi Eropa dengan tujuan untuk berbagi pengetahuan terbaru terkait kriteria dalam EUDR. Dengan begitu, Joseph optimistis dapat mengembangkan sistem sertifikasi keberlanjutan yang lebih baik lagi bagi industri dalam memenuhi permintaan pasar dan regulator saat ini.
Selain itu, dia menuturkan, RSPO pada tahun ini juga tengah meninjau sertifikasi untuk penetapan standar terbaru pada 2024. Adapun tinjauan prinsip dan kriteria standarisasi dilakukan oleh pihaknya setiap 5 tahun sekali. “Proses revisi teknis sedang kami lakukan untuk menghasilkan serangkaian standar baru pada 2024,” kata dia.
Berdasarkan data yang dihimpun dalam dua dekade, RSPO mencatat peningkatan signifikan untuk luas lahan sawit yang bersertifikasi secara global. Tercatat, pada 2023 terdapat 4,9 juta ha lahan sawit yang tersertifikasi RSPO yang tersebar di 23 negara.
Sedangkan dari sisi pasokan minyak sawit berkelanjutan bersertifikat atau CSPO volumenya mencapai 15,4 juta ton secara global. Kemudian untuk lisensi merek dagang di bawah sertifikasi RSPO tercatat lebih dari 1.600 lisensi di lebih dari 100 negara.
“China, Jepang dan Asia Tenggara menjadi wilayah dengan pertumbuhan yang paling signifikan, dan memiliki peluang pasar yang besar,” ujarnya. (SDR)