JAKARTA – PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) mencatatkan peningkatan produksi tandan buah segar (TBS) sebesar 3,3% (quarter on quarter/QoQ) pada kuartal III/2023. Namun, cenderung flat dibandingkan kuartal III/2022 (turun 0,1% year on year/YoY).
Sedangkan produksi minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) Astra Agro meningkat 2,2% (QoQ) atau naik 3,7% (YoY), yang mengindikasikan bahwa perseroan membeli lebih banyak TBS dari pihak ketiga.
Secara kumulatif, produksi TBS Astra Agro di periode Januari-September 2023 tumbuh 4,8% (YoY), dengan yield TBS sebesar 12,4 ton per hektare (ha) (+2,8% YoY). Namun, produksi CPO emiten berkode saham AALI tersebut turun 0,7% (YoY) menjadi 977.000 ton.
“AALI terlihat cukup sulit mendorong produksi TBS dan CPO karena umur tanaman yang relatif sudah tua dengan rata-rata umur selama 15,1 tahun dan 37,3% berada di umur tua (>20 tahun) dan hanya 37,9% tanaman yang berada di umur prima. Yield TBS terus turun dari 21,4 ton/ha pada 2018 menjadi 16 ton/ha pada akhir tahun ini,” tulis analis Samuel Sekuritas, Yosua Zisokhi dan Research Associate Samuel Sekuritas, Daniel Widjaja dalam risetnya.
Meskipun produksi CPO AALI stabil pada kuartal III/2023, volume penjualan naik 24,8% (YoY) atau meningkat 42,5% (QoQ). Kondisi itu membantu peningkatan pendapatan 13,3% (YoY) atau terangkat 35,9% (QoQ) di tengah pelemahan harga jual rata-rata (average selling price/ASP) CPO perseroan sebesar 19,7% (YoY) atau turun 2,5% (QoQ). “Laba operasional juga terkerek 19,9% (YoY) dengan OPM 8,5%, serta laba bersih naik 6,3% (YoY) dengan NPM 6,9%,” jelas Yosua dan Daniel.
Secara kumulatif, pendapatan AALI turun 5,1% (YoY) pada periode Januari-September 2023, dengan penyebab utama penurunan ASP CPO sebesar 23,2% (YoY). Namun, pendapatan tersebut masih inline dengan target Samuel Sekuritas dan konsensus analis.
Sementara itu, laba bersih AALI anjlok 34,2% (YoY) di tengah kenaikan operating expenses (opex) sebesar 4,9% (YoY), sehingga net profit margin (NPM) mencapai 5,1% dibandingkan 7,4% selama periode Januari-September 2023.
“Pencapaian laba bersih AALI di bawah target Samuel Sekuritas dan konsensus, yaitu 48,5% dari target 2023 dan 67,2% dari target konsensus,” sebut Yosua dan Daniel.
Lantas, bagaimana dengan outlook AALI pada 2024? AALI cenderung sulit untuk mendorong produksi TBS inti karena umur tanaman yang relatif tua. Dengan begitu, sekitar 37% dari total TBS yang diproses berasal dari eksternal dengan margin keuntungan yang relatif terbatas.
“Kami menilai penggunaan TBS ekternal tidak akan lebih dari 45% dari total TBS yang diproses. Sebab itu, produksi CPO diperkirakan flat (+0,5% YoY). Di sisi lain, kami memperkirakan harga CPO berada di level Rp 12.000/kg atau naik 8% (yoy) yang didukung El Nino dan potensi perbaikan ekonomi global,” jelas Yosua dan Daniel.
Dengan berbagai faktor yang ada, Samuel Sekuritas memproyeksikan pendapatan AALI naik 6,6% (YoY) pada 2024 dan laba bersih terangkat 9,4% (YoY).
Perusahaan efek itu juga mempertahankan rekomendasi hold untuk saham AALI. Target harga saham AALI dipatok sebesar Rp7.500, yang merefleksikan EV USD3.520/ha. Risiko utamanya adalah fluktuasi harga CPO dan regulasi terkait minyak nabati. (SDR)