JAKARTA – PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT) membidik produksi CPO tahun ini naik sekitar 7-8 persen dibandingkan tahun lalu. “CPO yang kita kejar dan akan dapat hampir 255 ribu ton pada 2023,” kata Wakil Direktur Utama ANJT Geetha Govindan dalam paparan publik di Jakarta pada 8 Juni 2023.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama ANJT Lucas Kurniawan mengatakan, pihaknya tidak bisa menentukan harga. Karena itu, yang dapat dilakukan adalah mengendalikan biaya alias efisiensi. “Contohnya kami mengolah limbah yang dapat digunakan kembali sehingga pembelian pupuk berkurang,” katanya.
Sebelumnya, ANJT telah menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) USD 40 juta atau Rp 594,20 miliar (asumsi kurs Rp 14.855 per dolar AS) pada 2023. Belanja modal untuk berbagai keperluan antara lain pemeliharaan dan penanaman kembali tanaman yang sudah tua. “Ini agar produksi sawit tetap terjaga,” kata Direktur Keuangan ANJT Nopri Pitoy.
Menurut Nopri, selain untuk kebutuhan di atas, sisanya untuk belanja modal rutin yang dialokasikan untuk kebun perseroan di lima lokasi. Bahkan, perseroan juga menggelontorkan belanja modal untuk pembangunan pabrik kompos dan jetty (dermaga) di Kalimantan Barat.
“Kemudian ada juga strategic capex yang kita keluarkan seperti untuk pembangunan pabrik kompos, membangun jetty di Kalimantan Barat untuk melakukan transfer penjualan CPO melalui jetty tersebut,” kata dia.
Terkait dengan harga CPO, Nopri optimis akan membaik tahun ini. “Untuk harga 2023 kita lihat tajam koreksinya, jadi tadinya 2023 outlook CPO cukup bullish sekitar USD 800 di rapat GAPKI 2022. Kalau kita lihat penurunan di kita 20 persen daripada 2022. Pada 2022 kita peroleh USD 850, kalau turun 20 persen bisa di USD 700,” katanya.
Dengan fakta di atas, dia menilai proyeksi harga CPO dalam jangka panjang tetap bullish. Adapun, beberapa faktor yang menentukan peningkatan harga CPO, yakni gangguan pasukan dan krisis energi karena ketegangan politik berkepanjangan di Ukraina-Rusia serta China-Taiwan. (PEN)