JAKARTA – Pemerintah terus konsisten untuk meningkatkan bauran bahan bakar nabati (BBN) ke dalam solar. Setelah sukses menerapkan program bauran BBN 35%, pemerintah akan melakukan uji terap program biodiesel 40% atau BBN berbasis sawit (B40) untuk sektor non industri tahun ini.
Direktur Bioenergi Ditjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Edi Wibowo mengatakan pihaknya akan melakukan uji terap pada sektor non-automotif seperti pada alat kereta, kapal laut, hingga alat berat industri. Uji terap itu setidaknya akan dilakukan pada tahun ini.
“Tahun ini kita rencana uji terap (B40) untuk non automotif. Contohnya untuk KAI, maritim, dan juga alat berat industri. Kita lagi akan lakukan oleh tim dari LEMIGAS, dan juga nanti dilibatkan stakeholder terkait. Jadi uji terap itu dicek alat-alat tadi itu ada masalah atau nggak,” kata Edi Wibowo di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (6/2/2024).
Edi menyebutkan, saat ini pihaknya masih melakukan proses administrasi sebelum bisa melakukan uji terap pada sektor non automotif tersebut. “Itu masih proses administrasi, rencana tahun ini secepatnya,” tambahnya.
Dia mengatakan, proses uji terap pada sektor non-automotif membutuhkan waktu hingga 8 bulan. Setelah itu, pihaknya akan mengevaluasi hasil dari uji terap tersebut, kemudian pemerintah mungkin akan memberikan insentif dan mengecek ketersediaan minyak sawit.
“Ya perlu 6-8 bulan lah, habis itu dievaluasi, kan berlakunya tergantung pada aspek teknis. Nanti kan dari evaluasi, misal pemerintah misal nanti apa insentif atau ketersediaan dengan CPO (Crude Palm Oil) apa nanti kan mesti dicek semuanya,” imbuhnya.
Edi juga mengatakan pihaknya sudah melakukan uji coba B40 pada kendaraan darat, dan diklaim tidak memiliki kendala apapun. Dengan begitu, saat ini pihaknya masih fokus pada uji terap untuk sektor non-automotif.
“Nanti uji teknisnya dulu, kan yang di-road test sudah oke, nanti tinggal di non automotif seperti apa. Kalau sudah nanti baru ini (implementasi),” tandasnya.
Sebelumnya, pemerintah pada 2023 lalu mulai menjalankan program pencampuran Bahan Bakar Nabati (BBN) jenis biodiesel berbasis minyak sawit ke dalam minyak solar sebesar 35% (B35). Proyek ini diklaim bisa menjadi contoh bagi negara lain dalam pengembangan biodiesel.
Adapun, implementasi dari program B35 sejatinya sudah dilakukan sejak 1 Februari 2023. Namun implementasinya secara penuh baru dilakukan pada 1 Agustus 2023.
“Pemanfaatan bahan bakar nabati ini berjalan per 1 Agustus besok B35 jalan secara nasional. Kita sudah jalan sebetulnya sejak 1 Februari, tapi beberapa masih relaksasi per 1 Agustus ini start 100%,” ujar Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana tahun lalu.
Seperti diketahui, implementasi kebijakan B35 juga diharapkan dapat menghemat devisa sebesar USD10,75 miliar, meningkatkan nilai tambah hilir sawit sebesar Rp16,76 triliun, dan mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 34,9 juta ton CO2. (ANG)