SURABAYA – Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) menyatakan, pemanfaatan biomaterial kelapa sawit dapat meningkatkan nilai jual dari berbagai produk yang termasuk dalam sub sektor ekonomi kreatif.
Komite Litbang BPDPKS Agus Haryono menilai dari 17 sub sektor ekonomi kreatif, penggunaan biomaterial sebagai bahan dasar pembuatan produk dapat turut mendorong 7 sub sektor berdasarkan kategori Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
“Mungkin nanti biomaterial sawit bisa mendukung sub sektor ekonomi kreatif Kemenparekraf, dari pengembangan (sektor) permainan yang sifatnya fisik bisa menggunakan biomaterial sawit, kemudian kriya, desain interior, seni rupa, desain produk, arsitektur, fesyen,” kata Agus dalam Pekan Riset Sawit Indonesia (PERISAI) 2023 di Surabaya seperti dikutip Antaranews, Kamis (26/10/2023).
Biomaterial menjadi salah satu masa depan dari pemanfaatan produk hilir sawit. Kampanye terhadap penggunaan produk berbahan material sawit yang telah diolah dan dikomersialisasi diharapkan dapat meningkatkan serapan terhadap berbagai produk yang berasal dari sawit. “Sehingga produk yang dihasilkan bukan hanya bertumpu pada minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO),” kata Agus.
Agus memberikan contoh tren produk kosmetik yang berbahan dasar minyak nabati. Dengan mengganti bahan dasar tersebut, selain ramah lingkungan juga dapat meningkatkan nilai tambah dari produk.
“Kosmetik ini juga cukup banyak karena trennya sekarang natural, bioproduk. Kemarin saya juga pernah melihat salah satu startup membuat kosmetik lotion yang bisa digunakan untuk penyelam tanpa merusak koral,” ujarnya.
Menurutnya, ada beberapa faktor yang mempengaruhi populernya produk kosmetik biomaterial saat ini. Pertama, regulasi dalam industri kosmetik tidak serumit regulasi dalam industri obat.
Kedua, industri kosmetik tidak dipengaruhi oleh harga, tidak seperti industri makanan minuman (mamin). Ketiga, biaya penelitian dan pengembangan (R&D) di industri kosmetik terhitung lebih murah.
Hal yang sama juga terjadi dalam industri fesyen. Saat ini produk-produk fesyen yang mengklaim berbahan dasar biomaterial kelapa sawit mulai menjamur.
“Misalnya membuat fesyen dari algae, bioplastic, biobased dan biodegreadable. Nah ini sebenernya bisa dibuat dari minyak nabati,” jelas Agus.
Agus mengutip sebuah survei dari Biofabricate, bahwa klasifikasi produk yang mengklaim sebagai produk biomaterial harus mempunyai minimal 50% kandungan produk yang terbuat dari bahan biomaterial. Jika kandungan di bawah 50%, belum dianggap sebagai produk biomaterial.
Pada kesempatan yang sama, Komite Litbang BPDPKS Tony Liwang juga berharap penelitian dan pengembangan kelapa sawit untuk diversifikasi produk olahan dalam sektor ekonomi kreatif agar tetap berlanjut. Hal itu demi mewujudkan industri kelapa sawit yang berkelanjutan.
“Kelapa sawit bukan hanya minyak goreng. Riset ini kita harapkan akan berujung kepada produk jadi, karena jika tidak, hanya berakhir di atas kertas dan itu sayang,” katanya. (SDR)