BANDUNG – Selama ini limbah sawit menjadi persoalan bagi lingkungan kalau dibuang atau dibiarkan begitu saja. Namun kini ada solusinya. Pasalnya limbah tersebut bisa diubah menjadi pakan ayam yang menyehatkan.
Inovasi tersebut dilakukan oleh para peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Untuk mengembangkan penelitian tersebut, BRIN menggandeng Oteck, perusahaan Jepang.
Mereka bersepakat mengembangkan fasilitas pembuatan bahan baku pakan ayam dari biomassa kelapa sawit. Kerja sama itu telah disepakati kedua belah pihak pada Senin (29/4/2024) lalu.
Nadirah, Ketua Kelompok Riset Manajemen Siklus Karbon dari Pusat Riset Sistem Produksi Berkelanjutan dan Penilaian Daur Hidup (PR SPBPDH) BRIN, nantinya limbah kelapa sawit yang dihasilkan jutaan ton setiap tahunnya, akan diolah menjadi produk bernilai tambah dengan teknologi tepat.
“Hal ini dilakukan untuk mengurangi dampak negatif industri kelapa sawit terhadap lingkungan dan memenuhi kebutuhan sumber daya lain,” ujar Nadirah dikutip dari laman BRIN, Senin (27/5/2024).
Oteck, kata Nadirah, akan bertanggung jawab atas pembuatan peralatan dan proses produksi, termasuk pasokan energi. “Sementara PR SPBPDH BRIN akan berperan dalam mendukung penggunaan teknologi dan manufaktur dalam produksi peralatan pertanian dan pangan,” katanya.
Nadirah mengatakan penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan fasilitas peralatan produksi pakan ayam yang efisien dari limbah biomassa kelapa sawit, serta produk pakan ayam yang bermutu tinggi dan kaya akan beta karoten.
“Manfaatnya banyak, pertama limbah kelapa sawit jadi bernilai ekonomi, kedua pakan ayam kaya beta karoten dan menyehatkan,” kata Nadirah.
Riset ini diharapkan dapat membantu mengurangi limbah dan menciptakan sumber pakan yang berkelanjutan bagi industri peternakan, serta menyediakan produk ayam yang lebih sehat dan bergizi bagi konsumen.
Kerjasama BRIN dan Oteck menunjukkan komitmen bersama untuk mengembangkan solusi inovatif yang ramah lingkungan, efektif secara teknis dan ekonomis. “Diharapkan proyek ini dapat memberikan kontribusi positif dalam mengurangi dampak negatif industri dan meningkatkan keberlanjutan sistem produksi pangan,” ungkap Nadirah.
Biomassa Sawit
Dikutip dari laman Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Kelapa Sawit, operasional perkebunan sawit dan pengolahan crude palm oil (CPO) selalu menyisakan biomassa yang sering juga disebut sebagai limbah industri sawit. Keberadaan biomassa ini acap kali menjadi masalah kalau dibuang atau dibiarkan begitu saja.
Padahal sesungguhnya, biomassa sawit bisa mendatangkan manfaat untuk aneka keperluan seperti diubah menjadi bahan bakar ramah lingkungan, termasuk menjadi bahan bakar untuk pembangkit listrik.
Produk sampingan kelapa sawit dikenal banyak kalangan sebagai bahan baku yang baik untuk bahan bakar pada pembangkit listrik. Banyak negara di dunia ini yang mulai beralih ke biomassa sawit karena merupakan sumber bahan bakar yang ramah lingkungan dan terbarukan.
Banyak ragam biomassa sawit, termasuk di antaranya tandan buah kosong, serat buah, cangkang, batang pohon, pelepah serta Palm Oil Mill Effluent (POME) atau limbah cair kelapa sawit. D
ari semua biomassa sawit yang ada, sebanyak 70% merupakan pelepah pohon sawit, sedangkan tandan buah kosong mencapai 10% dan batang sawit mencapai 5%. Sebanyak 89% dari total biomassa yang dihasilkan umumnya digunakan sebagai bahan bakar, mulsa, dan pupuk. Biomassa juga bisa diubah menjadi bio batubara sebagai pengganti batu bara.
Penggunaan bio pelet atau bio batubara untuk bahan bakar pembangkit listrik lebih ramah lingkungan karena bisa mengurangi emisi gas rumah kaca. Pembangkit listrik berbahan bakar biomassa juga bisa diintegrasikan dengan pabrik pengolahan kelapa sawit sehingga menjadi sumber energi terbarukan selalu tersedia. Keberadaanya sekaligus juga mendatangakan manfaat besar bagi masyarakat. (ANG)