BOGOR – Pusat Riset Hortikultura dan Perkebunan (PRHP) Organisasi Riset Pertanian dan Pangan (ORPP) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tengah menyusun rencana riset dan inovasi untuk mendukung pengembangan komoditas kelapa sawit. Rencana ini dipaparkan dalam HortiES Talk #10 dengan tema Penyusunan Rencana Riset dan Inovasi Mendukung Pengembangan Industri Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia di Jakarta pekan lalu, (3/8/23).
Kepala ORPP BRIN, Puji Lestari mengatakan kontribusi ekspor produk sawit Indonesia mencapai 13,5% terhadap total ekspor nonmigas dan menyumbang 3,5% terhadap total PDB Indonesia. Dari seluruh nilai ekspor pertanian Indonesia, 98,86% berasal dari komoditas perkebunan di mana produk sawit berkontribusi 73,83% dari total ekspor komoditas perkebunan.
“Indonesia memiliki 16,38 juta hektar lahan perkebunan sawit dengan produksi CPO lebih dari 40 juta ton per tahun,” kata Puji Lestari. Tapi, banyak masalah yang harus diselesaikan. Salah satunya tentang produktivitas. Peningkatan produksi CPO selama ini lebih disebabkan karena peningkatan luas panen, bukan perbaikan produktivitas. Mekanisasi, otomatisasi dan digitalisasi diyakini dapat mendongkrak produktivitas.
Fahmuddin Agus, Peneliti Ahli Utama BRIN dalam pemaparannya mengatakan minyak sawit adalah produk serba guna. “Lebih dari separuh populasi dunia menggunakan minyak sawit,” katanya. Dia memaparkan materi tentang Peluang Riset untuk Mengurangi Senjang Hasil, Peningkatan Keuntungan, dan Keberlanjutan Kelapa Sawit.
Sedangkan Hanif Fakhrurroja, Peneliti Ahli Madya dari PR Mekatronika Cerdas BRIN mengusulkan pengembangan smart farming perkebunan kelapa sawit dengan memanfaatkan teknologi digital dan robotika. Usulan yang disampaikan dalam materi berjudul Utilisasi Teknologi Digital dan Robotika untuk Pengembangan Smart Farming pada Perkebunan Kelapa Sawit ini berangkat dari fakta lapangan.
“Ada beberapa problematika pertanian di Indonesia, yaitu budaya, petani berusia tua, lahan terbatas, orientasi produksi bukan pasar, tidak ada sistem data real time, benih bermutu terbatas, infrastruktur pendukung lemah, dan minim teknologi,” katanya.
Dia mengusulkan dua solusi. Pertama, mengembangkan teknologi produktif, melakukan manajemen modern, orientasi pasar lokal dan global dan sumber daya manusia yang kompeten. Kedua peran internet of thing untuk menciptakan smart farming. Dia memaparkan tipikal komponen platform penginderaan jauh berbasis UAV untuk pertanian sawit yang presisi yaitu dengan drone berbasis remote sensing.
Rencana menyusun riset dan inovasi sawit ini juga dihadiri oleh Dwi Asmono, Ketua Bidang Riset dan Pengembangan GAPKI yang memaparkan materi Tantangan Industri Kelapa Sawit Indonesia di Tengah Ancaman Perubahan Iklim.
Kepala PRHP BRIN, Dwinita Wikan Utami, menyampaikan rumusan FGD di antaranya peluang pemanfaatan Best Management Practices untuk perkebunan besar dan plasma, dan pemanfaatan teknologi digital dan robotika untuk beberapa tujuan target seperti pemetaan kondisi hamparan kebun sawit. (PEN)