JAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) tengah menyiapkan simulasi dari wacana biodiesel B50 atau bauran Solar dengan 50% bahan bakar nabati sebagaimana yang telah dicanangkan oleh presiden terpilih, Prabowo Subianto.
Direktur Pengelola dan Pemasaran Hasil Perkebunan Ditjen Perkebunan Kementan, Prayudi Syamsuri, mengatakan pihaknya bakal membuka peluang pemenuhan bahan baku (feed stock) dalam skenario jangka pendek. Hal ini dilakukan melalui pengalihan ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) secara bertahap.
“Dalam jangka pendek, yang bisa kita alihkan adalah tujuan ekspor yang mungkin akan kita kurangi bertahap,” ujar Prayudi di Jakarta Pusat, Kamis (26/9/2024).
Baca Juga: Kementerian ESDM Tak Revisi Subsidi Biodiesel
Posisi produksi minyak sawit Indonesia, kata dia, saat ini mencapi 54,8 juta ton per tahunnya yang mana 31,6 juta ton di antaranya merupakan alokasi untuk ekspor. Maka dari itu, Kementan menawarkan simulasi yang mana 5,7 juta kiloliter (kl) dari alokasi ekspor sebesar 31,6 juta ton tersebut dialihkan untuk menambah bauran biodiesel menjadi B50 di dalam negeri. Dengan demikian, ekspor CPO dan produk turunannya bakal menjadi 26,6 juta ton.
Pangkas Porsi Minyak Goreng
Simulasi lainnya yang ditawarkan adalah sebanyak 12,3 juta kl dari konsumsi domestik sebesar 23,2 juta ton dialihkan untuk program B50. Alhasil, konsumsi domestik untuk minyak goreng dan sebagainya berada pada level 12,6 juta ton.
“Ekspor kita ambil 5,7 juta kl saja itu bisa menambah persentase biodiesel ke B50. Artinya ada tambahan 5,7 juta kl kita ambil untuk kita alihkan dalam posisi menambah persentase biodiesel sehingga bisa jadi B50,” jelas Prayudi.
Baca Juga: Pemerintah Pangkas Pungutan Ekspor CPO
Sebagai informasi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebelumnya mengungkapkan bahwa pemerintah melalui Kementan sedang mengkaji dan mempertimbangkan opsi untuk mengalihkan sebanyak 3-5 juta ton CPO yang seharusnya diekspor ke negara-negara di Eropa untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Direktur Bioenergi Kementerian ESDM, Edi Wibowo mengatakan jika pemenuhan kebutuhan dalam negeri tersebut salah satunya didorong untuk program biodiesel B50 atau bauran solar dengan 50% bahan bakar nabati yang menggunakan minyak sawit.
Hal tersebut, menurut Edi, bisa dilakukan seiring dengan upaya Uni Eropa (UE) untuk menjegal CPO Indonesia. “Dengan Eropa, selisih antara 3-5 juta ton (CPO) yang selama ini diekspor ke Eropa. Jadi masalah di sana, seperti disampaikan (Presiden Terpilih) Prabowo Subianto; ‘daripada kamu (Eropa) tidak mau beli, aku akan menggunakan dalam negeri’. Salah satunya yang didorong B50, arahnya ke sana,” ujar Edi dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta Pusat, Senin (9/9/2024). (ANG)