BREBES – Elisitor Biosaka telah menjamur ke petani berbagai wilayah nusantara. Teknologi pertanian ramah lingkungan ini kini hadir di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.
Selasa (20/6/2023) kemarin telah dilaksanakan bimtek Elisitor Biosaka yang dipandu penggagas biosaka, Muhamad Anshar di Aula Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Brebes. Kegiatan ini diikuti 60 peserta.
“Semua peserta berhasil dengan menunjukan biosaka yang kemilau alias glowing dan selanjutnya akan diaplikasikan di masing-masing komoditas miliknya,” kata Slamet, petani Brebes, Rabu (21/6/2023).
Asep Efendi, anggota Kelompok Tani Sinar Rejeki yang merupakan salah satu peserta Bimtek Biosaka mengaku telah menerapkan Elisitor Biosaka dengan capaian hasil yang memuaskan. Dia mengaku pembuatan biosaka dilakukan otodidak dengan menonton salah satu channel media sosial yang menampilkan cara pembuatan biosaka.
“Saya telah menggunakan biosaka tiga kali musim tanam, hasil luar biasa joss. Oleh karena itu, kami sangat senang hadirnya Pak Anshar mengajari langsung ke kami. Biosaka yang saya pakai selama ini dari hasil buatan sendiri dengan menonton YouTube,” ujarnya.
Penggagas Biosaka Muhammad Anshar mengatakan kekuatan pikiran sangat berpengaruh pada semua hal yang ada di sekitar, khususnya terhadap tubuh, bahkan pikiran mampu berpengaruh pada kondisi kesehatan manusia. Pikiran yang dijaga tetap positif membuat tubuh lebih sehat dan kuat, sehingga pada saat proses pembuatan biosaka hanya orang-orang dengan pikiran positif yang mampu berhasil membuat biosaka homogen.
“Kekuatan pikiran itu luar biasa Bapak, Ibu sekalian. Pikiran kita akan berpengaruh pada reaksi kimia yang tubuh kita hasilkan, sehingga pada saat meremas biosaka pikiran kita harus positif agar hasilnya koheren. Adapun penggunaan rumput sebagai bahan Biosaka karena rumput merupakan tumbuhan yang adaptif,” tuturnya.
Anshar menyebutkan dalam satu genggam rumput, dapat menghasilkan elisitor Biosaka sebanyak 5 liter dan digunakan pada sawah seluas 4 hektare sampai panen. Khusus pada bawang merah, dosis penggunakan Biosakanya rendah sehingga dapat digunakan pada lahan bawang merah yang lebih luas.
“Dosis pada bawang merah itu kecil sekali, hanya 20 mililter sehingga penggunaannya bisa pada lahan yang lebih luas. Dalam membuat biosaka, kalau sudah sering melakukannya hasilnya pasti bagus. Kuncinya keraguan dalam hati harus dihilangkan dulu. Hati dan pikiran harus tenang dan bahagia,” terangnya.
Biosaka itu, kata Anshar, bukan barang pabrikan. Tidak bisa dibuat dengan mesin, blender, tumbuk, dan tidak dijualbelikan, tetapi dibuat sendiri dengan tangan petani. Biosaka itu bukan pupuk, bukan pestisida, bukan hormon, bukan enzim tetapi elisitor sebagai signaling bagi tanaman.
“Tidak ada risiko bagi tanaman dan orang, menghemat pupuk kimia sintetis dan pestisida kimia sintetis, meminimalisir hama penyakit, menyuburkan lahan dan menjaga produksi,” tambah Anshar.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Suwandi menjelaskan kunci membuat biosaka adalah hati harus fokus, tulus, selalu bersyukur sehingga potensi selnya bagus dan bisa membuat elisitor Nuswantara Biosaka yang berkualitas. Bagi yang belum mencoba, silakan dipraktikkan terlebih dahulu, diamati, dan dibuktikan sendiri manfaatnya.
“Terlebih saat ini sudah ada bukunya, satu-satunya buku biosaka yang pernah ada, jadikan itu pedoman dan referensi,” tutur Suwandi. (SDR)