JAKARTA – Karir Mohammad Abdul Ghani semakin moncer selepas dari Holding PTPN III (Persero). Kini, Pria kelahiran Pekalongan ini diamanahkan menjadi Director Plantation and Agriculture Danantara (PT Daya Anagata Nusantara).
“Selamat & Sukses Atas Terpilihnya Dr. Mohammad Abdul Ghani (Alumni Faperta IPB) Sebagai Director Plantation and Agriculture Danantara (PT Daya Anagata Nusantara),” demikian bunyi flyer Dewan Pengurus Pusat Himpunan Alumni IPB yang beredar di aplikasi WhatsApp.
Kabar inipun dibenarkan Ketua Umum Rumah Sawit Indonesia (RSI) Kacuk Sumarto, kolega dekat Mohammad Abdul Ghani. “Iyo Mas. Selamat untuk Pak Ghani,” ujar Kacuk dalam pesan di aplikasi WhatsApp, Senin (30/6/2025).
Baca Juga: PTPN Siap Mendukung Program Ketahanan Pangan dan Energi
Pengalaman dan kemampuannya yang luar biasa inilah yang membawa Abdul Ghani sebagai Direktur Utama Holding PTPN III (Persero) pada Februari 2020. Selama lima tahun lebih, Doktor Lulusan Universitas Sumatera Utara ini mampu meningkatkan performa Holding PTPN dari aspek kinerja keuangan dan transformasi organisasi.
Di bawah kepemimpinannya, PTPN Group terus menunjukkan kinerja positif dengan mengintegrasikan seluruh proses bisnis kelapa sawit, mulai dari hulu hingga hilir. Upaya ini bertujuan untuk memperkuat kontribusi sektor perkebunan terhadap pembangunan ekonomi nasional serta meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global.
Hingga April 2025, PTPN Group berhasil mencatatkan pendapatan konsolidasi sebesar Rp16,48 triliun, yang tak hanya melampaui target RKAP (102%) tetapi juga tumbuh 20,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Baca Juga: Laba Bersih PTPN Group di Kuartal I/2025 Melonjak 1.032%
Laba bersih perusahaan juga melonjak hingga Rp1,23 triliun, atau setara 301,4% dari RKAP dan naik 3.165% secara tahunan. Sementara EBITDA mencapai Rp4,09 triliun, lebih tiga kali lipat dari target perusahaan.
Total aset mencapai Rp146,6 triliun dan ekuitas sebesar Rp75,61 triliun. Yang patut diapresiasi adalah posisi saldo laba, yang dalam lima tahun terakhir membaik drastis, yakni dari minus Rp15,19 triliun pada 2020 menjadi hanya minus Rp1,5 triliun per April 2025.
Perusahaan juga mencatat arus kas operasi (NOCF) sebesar Rp1,86 triliun, didorong penerimaan dari pelanggan yang melampaui target. Sementara itu, pengeluaran untuk investasi masih terjaga dengan realisasi sekitar 24% dari RKAP.
Sejak dimulainya restrukturisasi menyeluruh pada 2020, PTPN Group terus memperkuat dirinya melalui integrasi rantai pasok, digitalisasi proses bisnis, serta pembentukan subholding berdasarkan komoditas utama: PalmCo, SugarCo, dan SupportingCo. Langkah ini bukan sekadar pembenahan organisasi, tetapi juga menjadi fondasi kuat bagi akselerasi bisnis jangka panjang. (SDR)