BANDA ACEH – PT Pembangunan Aceh (PEMA) mempersiapkan ekspor perdana komoditas cangkang kelapa sawit ke negara Jepang. Rencananya, ekspor tersebut langsung dari pelabuhan di Provinsi Aceh.
Manajer Industri dan Perdagangan PT PEMA Sadikin Nugraha mengatakan ekspor cangkang tersebut sebagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian daerah paling barat Indonesia itu. “Saat ini semuanya sedang kami persiapkan, sesuai dengan timeline kami sudah mulai ekspor perdana pada Februari 2025 ke Jepang,” kata, Sadikin di Banda Aceh, Jumat (11/10/2024).
Sejak menjadi perseroan terbatas pada 2019, PEMA lebih fokus pada pengelolaan usaha sektor minyak dan gas. Baru dalam dua tahun terakhir, perusahaan milik daerah Aceh ini memperlebar bisnis ke sektor lain, salah satunya perkebunan.
Baca Juga: PLTU Sintang Gunakan Cangkang Sawit
Untuk aktivitas usaha dari komoditas cangkang kelapa sawit tersebut berada di bawah dua unit usaha PT PEMA, yakni unit usaha khusus untuk penyuplai dan unit usaha untuk eksportir.
Sadikin menjelaskan cangkang kelapa sawit ini merupakan limbah, tetapi sangat bernilai ekonomis. Ada sekitar 70.000-80.000 ton cangkang per bulan yang dihasilkan di seluruh pabrik kelapa sawit (PKS) di Aceh. “Kalau misalkan kita kalkulasikan nilai tersebut dalam satu tahun mencapai Rp1,2 triliun lebih, dari limbah (sawit) saja,” ujarnya.
Dari potensi tersebut, kata Sadikin, PEMA hanya mengambil angka minimal dalam sekali ekspor, yakni 10.000 ton setiap bulan. Sehingga diproyeksikan sebanyak 10 kali ekspor secara berkelanjutan dalam setahun langsung dari pelabuhan di Aceh.
Baca Juga: Wow, Beton Ringan Ini Terbuat dari Cangkang Sawit
“Kalau jumlah cangkang sawit di Aceh ada 70.000 ton per bulan, maka setahun sekitar 800.000 ton. Sementara yang kami proyeksikan hanya sekitar 100.000 ton per tahun,” ujarnya.
Saat ini, PEMA sedang mengurus sertifikasi green gold label (GGL) untuk ekspor cangkang sawit tersebut yang diperkirakan akan rampung pada November. Pihaknya juga akan membangun stockpile atau gudang di Krueng Geukeuh, Aceh Utara.
“Nilai cangkang sawit ini sangat fantastis, sehingga dapat berkontribusi dalam menghasilkan penghasilan asli Aceh,” ujarnya lagi. (ANG)