JAKARTA – Industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia diyakini kian prospektif seiring dengan upaya pemerintah meningkatkan penggunaan energi baru terbarukan (EBT). Salah satu EBT yang selama ini dilakukan pemerintah yakni penggunaan bahan bakar nabati (BBN).
Saat ini, Indonesia telah menerapkan mandatori biodiesel B35 yang 35% bahannya berasal dari hasil olahan sawit. Dan rencananya, B40 bakal diterapkan pada 1 Januari 2025 mendatang.
Bahkan belum lama ini, Presiden terpilih Prabowo Subianto mengatakan bahwa Indonesia akan mempercepat penerapan B50. Tentu saja, peningkatan mandatori bauran energi ini bakal memperbesar penggunaan minyak sawit di dalam negeri.
Baca Juga: Lembaga Ini Sebar Ratusan Miliar Beasiswa, Kuotanya 3.000 Orang
Sinyalemen ini dibenarkan Wakil Ketua Komisi VII Eddy Soeparno. Dia mengatakan bahwa pemerintah ke depannya juga berencana untuk mendorong penggunaan biodiesel B50. Dengan kata lain, soal biodiesel ini, 50% dari bahan bakar ini berasal dari minyak nabati kelapa sawit.
Selain biodiesel B50, pemerintah nantinya mendorong bauran penggunaan energi terbarukan seperti bioavtur dan biofuel. Kondisi ini dinilai dapat meningkatkan kebutuhan minyak yang berasal dari tumbuhan atau dikenal dengan istilah “FAME”.
“Kita akan meningkatkan bauran di sektor BBN, bahan bakar nabati. Biodiesel, biofuel, bioavtur yang akan menjadi besar sekali. Biodiesel saja akan ditingkatkan dari 35% menjadi 50%, jadi kebutuhan FAME ke depannya tuh pasti besar,” kata Eddy di Jakarta, Rabu (11/9/2024).
Menurut Eddy, tak hanya Indonesia saja, banyak negara di dunia yang tergabung dalam International Air Transport Association (IATA) juga tengah mendorong penggunaan bahan bakar nabati. Adapun hal ini terlihat dari target penggunaan bioavtur oleh semua maskapai yang melakukan penerbangan ke negara-negara anggota IATA pada tahun 2027 mendatang.
Baca Juga: Biar Riset Sawit Aplikatif, Ini yang Dilakukan BPDPKS
Eddy menyebut, hingga saat ini Pertamina juga sedang melakukan upgrade sejumlah kilangnya agar bisa memproduksi bahan bakar nabati seperti biodiesel dan bioavtur tadi. Dengan kata lain, hasil olahan sawit tersebut nantinya akan semakin dibutuhkan yang secara langsung dapat membuat industri sektor itu makin cuan.
“Kilang-kilang Pertamina juga sekarang akan di-upgrade kapasitasnya agar bisa mengolah FAME tersebut. Ditambah lagi nanti bioavtur ada tuntutan tahun 2027 pengguna maskapai penerbangan yang terbang ke negara-negara yang menjadi anggota IATA harus menggunakan minimal 1% bioavtur itu,” jelas Eddy.
Eddy mengungkapkan jika Indonesia sudah mempraktikkan bioavtur 1% pada tahun 2023 dan berhasil. Sementara itu, target selanjutnya adalah Indonesia akan menjadi bioavtur hub se-Asia Tenggara dengan target bauran bioavtur 5%. “Jadi (kondisi industri sawit ke depan) aman, tapi nanti kalau ada cuan bagi-bagi,” kelakarnya. (ANG)