JAKARTA – Badan Pemerika Keuangan (BPK) menemukan pengelolaan belanja insentif atau subsidi untuk program pengembangan biodiesel di Indonesia belum memperhatikan aspek keberlanjutan pembiayaan.
Dalam laporan terbarunya, BPK menemukan belanja insentif biodiesel mencapai 90% dari total penggunaan dana Badan Pengelola Dana Perkebunan Sawit (BPDPKS) atau melebihi kebijakan anggaran pembiayaan kegiatan biodiesel, dan tidak didukung perencanaan pembiayaan berkelanjutan.
“Akibatnya, program penyediaan dan pemanfaatan biodiesel berisiko tidak memiliki sumber pembiayaan yang keberlanjutan, dan BPDPKS berisiko mengalami kesulitan pendanaan atas program yang mendukung tujuan BPDPKS,” tulis BPK dalam laporan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan (IHPS) Semester I/2024, dikutip Jumat (1/11/2024).
Baca Juga: Program B40 Bakal Disubsidi Dana BPDPKS
Atas permasalahan tersebut, BPK merekomendasikan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati antara lain agar memerintahkan Direktur Utama BPDPKS Eddy Abdurrachman menyusun kajian bersama direktur jenderal terkait di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membuat perencanaan jangka panjang kebijakan biodiesel di Indonesia beserta perencanaan pembiayaannya secara berkelanjutan.
BPDPKS melaporkan realisasi subsidi program biodiesel B35, yang berasal dari dana pungutan ekspor minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO), mencapai Rp17,03 triliun periode Januari hingga September 2024.
Baca Juga: Mandatori Biodiesel B40 Mulai Berlaku 1 Januari 2025
Kepala Divisi Perusahaan BPDPKS Achmad Maulizal mengatakan subsidi—yang digunakan untuk membayar selisih harga indeks pasar (HIP) biodiesel dan solar — disalurkan untuk produksi 7,73 juta kiloliter (kl) volume B35. “Hingga 30 September volume 7.730.507 kl dengan nilai (subsidi) Rp17.031 miliar,” ujar Achmad kepada Maulizal, Rabu (23/10/2024).
Stop Ketergantungan Impor BBM
Dalam berbagai kesempatan, Presiden Prabowo Subianto selalu menggaungkan program biodiesel dengan bauran minyak sawit tinggi, bahkan mencapai level B100. Menurut Prabowo, sudah waktunya Indonesia menghentikan ketergantungan terhadap impor bahan bakar minyak (BBM). Apalagi, harga minyak dunia akan terus berfluktuasi selama krisis geopolitik masih terjadi di berbagai belahan dunia.
Baca Juga: Penerapan B40 Selamatkan Devisa Rp404,3 Triliun
“Sekarang Israel diramal akan menyerang ladang-ladang (migas) Iran. Kalau ladang migas diserang, mereka akan balas menyerang ladang-ladang migas sekutu AS. Berarti, Arab Saudi, Kuwait, Qatar, Bahrain yang sekutu AS semua (akan terdampak). Kita bisa bayangkan harga minyak akan berapa?,” ujarnya di acara BNI Investor Daily Summit 2024, Rabu (9/10/2024).
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menilai pengembangan program biodiesel B50 akan menggerus volume ekspor CPO dan berimplikasi langsung pada berkurangnya ketersediaan anggaran untuk subsidi biodiesel.
Ketua Umum GAPKI Eddy Martono memberikan gambaran volume penyediaan ekspor CPO dengan adanya program B35 saat ini saja sudah berada pada level 30,61 juta ton. Seiring dengan pengembangan B40 dan B50, kata Eddy, penyediaan volume ekspor CPO Indonesia bisa makin tergerus masing-masing menjadi 28,27 juta ton dan 24,77 juta ton. “Ini apabila produksi stagnan seperti sekarang, maka akan terjadi penurunan ekspor,” ujar Eddy.
Baca Juga: BPDPKS Dukung Penguatan Peran Petani Sawit Indonesia
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan pemerintah bakal memangkas volume ekspor CPO sebanyak 5,3 juta ton/tahun untuk program biodiesel B50, demi menunjang ambisi swasembada energi Presiden Prabowo Subianto.
“Ekspor kita kan 26 juta ton/tahun. Kita untuk mencapai B35, lompat ke B50, butuh 5,3 juta ton/tahun. Kita proses tahun depan, mudah-mudahan paling lambat 2026 selesai,” kata Amran kepada awak media di Gedung Kementerian Pertanian, bulan lalu.
Skenario Dampak Penerapan B40 dan B50*
————————————————–
Saat ini (B35)
• Produksi: 54,84 juta ton
• Konsumsi: 24,23 juta ton, terdiri dari pangan 10,3 juta ton, oleokimia 2,27 juta ton, dan biodiesel 11,66 juta ton
• Penyediaan ekspor 30,61 juta ton
B40
• Produksi: 54,84 juta ton
• Konsumsi: 26,57 juta ton, terdiri dari pangan 10,3 juta ton, oleokimia 2,27 juta ton, dan biodiesel 14 juta ton
• Penyediaan ekspor 28,27 juta ton
B50
• Produksi: 54,84 juta ton
• Konsumsi: 30,07 juta ton, terdiri dari pangan 10,3 juta ton, oleokimia 2,27 juta ton, dan biodiesel 17,5 juta ton
• Penyediaan ekspor 24,77 juta ton
*) Catatan: produksi, konsumsi, dan kebutuhan industri oleokimia diasumsikan stagnan/tetap. (SDR)