JAKARTA – Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perusahaan Inti Rakyat (Aspekpir) Setiyono khawatir harga minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) semakin tertekan akibat perang antara India dan Pakistan. Menurut dia, kedua negara tersebut merupakan pasar utama ekspor CPO Indonesia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2024, India tercatat sebagai negara tujuan ekspor terbesar dengan volume 4,27 juta ton, disusul Pakistan sebanyak 3 juta ton.
“Padahal India pasar kita yang termasuk besar. Nah ini jadi jantungan juga kami. Mungkin salah satu dampak ini, harga (CPO) akan jauh turun,” kata Setiyono saat ditemui di Universitas Pancasila, Jakarta, Rabu (7/5/2025).
Baca Juga: Aspekpir Dorong Percepatan Peremajaan Sawit Rakyat
Ia menyebut harga CPO Indonesia sudah turun dalam beberapa hari terakhir. Tekanan tersebut, menurutnya, tak hanya datang dari kondisi geopolitik, tetapi juga akibat kebijakan dalam negeri, terutama setelah diterbitkannya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 5 Tahun 2025 tentang Kawasan Hutan.
Perpres ini membentuk Satuan Tugas (Satgas) Penertiban Kawasan Hutan (PKH) yang menyasar lahan-lahan sawit di kawasan hutan. Setiyono menilai kebijakan tersebut menimbulkan ketidakpastian hukum bagi industri sawit.
“Dengan perpres itu, tiap hari (harga CPO) sudah turun. Jadi cenderung turun. Karena apa? Industri kelapa sawit tidak ada kepastian hukum,” ujarnya.
Baca Juga: Aspekpir Jalin Kerja Sama Strategis dengan SAWITKITA
Ia menambahkan, eksekusi lapangan oleh Satgas PKH juga mengganggu aktivitas petani dan perusahaan. “Nah ini kan terganggu. Terganggu dengan eksekusi-eksekusi (Satgas PKH), ini kan sudah mulai, tiap hari turun harga CPO,” ucapnya.
Menurut dia, kondisi ini makin diperparah oleh situasi global yang tidak kondusif. Beberapa perusahaan bahkan disebut tidak bisa menjual hasil produksinya karena terdampak kebijakan penyitaan.
“Yang dulu ekspor lancar untuk mencari devisa, sekarang tertahan. Perusahaan-perusahaan yang sudah disita produksinya juga tidak bisa dijual, iya kan?,” kata dia.
Baca Juga: Aspekpir Harapkan Efisiensi Anggaran Tak Ganggu Kegiatan Petani
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, harga referensi CPO untuk penetapan bea keluar dan tarif Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) periode Mei 2025 ditetapkan sebesar USD924,46 per metrik ton (MT). Angka ini turun USD37,07 atau 3,86% dari April 2025 yang tercatat USD961,54 per MT.
Plt. Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Isy Karim menyebut penurunan ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk berkurangnya permintaan dari India dan China.
“Salah satunya penurunan permintaan dari negara importir utama, yaitu India dan China. Selain itu, terjadi penurunan harga minyak nabati lainnya, yaitu minyak kedelai, dan penurunan harga minyak mentah dunia,” ujar Isy dalam siaran pers, Rabu (30/4/2025). (SDR)