JAKARTA – PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) mencatat kenaikan produksi tandan buah segar (TBS) dan crude palm oil (CPO) sebesar 2% dan 4% pada kuartal III/2023 jika dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya. El nino atau musim kemarau berkepanjangan tidak berpengaruh pada produksi TBS.
“Produksi TBS perseroan hingga September 2023 mengalami peningkatan sebesar 2% (yoy) menjadi 1,4 juta ton. Dan produksi CPO perseroan juga meningkat sebesar 4% menjadi 296.000 ton,” ungkap Head of Investor Relation SGRO Stefanus Darmagiri seperti dikutip Kontan.
Meski begitu, Stefanus memperkirakan produksi pada kuartal keempat atau saat tutup tahun 2023 akan mengalami sedikit koreksi karena produksi kuartal ketiga kemarin merupakan puncak panen. “Akan tetapi, kinerja produksi TBS dan CPO diharapkan masih dapat bertumbuh pada tahun 2023,” tambahnya.
Kemudian, terkait penjualan SGRO memang mencatatkan penjualan senilai Rp4,16 triliun hingga kuartal III/2023. Penjualan tersebut meningkat 6,43% dari periode sama tahun lalu, yaitu sebesar Rp3,91 triliun.
Namun meski penjualan naik, laba SGRO justru turun 47,68% di kuartal III/2023 menjadi Rp422,16 miliar. Pada kuartal III/2022, SGRO mencatat laba sebesar Rp806,8 miliar.
Stefanus mengatakan pendapatan SGRO mengalami kenaikan yang disebabkan oleh kenaikan volume penjualan CPO. Sedangkan penurunan laba bersih terjadi disebabkan oleh dua hal.
“Yang pertama adalah turunnya harga jual rata-rata CPO Perseroan sebesar 12%, dikarenakan oleh harga CPO yang lebih tinggi pada 2022. Dan yang kedua karena kenaikan beban pokok penjualan dan beban penjualan dan pemasaran karena terjadinya kenaikan volume penjualan,” jelasnya.
Meski belum bisa memberikan angka pasti, perseroan mengharapkan adanya pertumbuhan pendapatan dan laba pada akhir 2023 ini. “Proyeksi pertumbuhan laba dan pendapatan Perseroan pada 2023 sangat ditentukan oleh harga jual CPO, di mana sangat bergantung mekanisme pasar dan fluktuatif harga. Kami harapkan menjelang akhir 2023, harga CPO akan tetap solid,” ungkapnya.
Terkait kendala produksi sebagai dampak El Nino, Stefanus menjelaskan SGRO tidak terlalu merasakan dampaknya pada 2023. Apalagi di bulan Oktober 2023 beberapa area di Indonesia sudah mulai memasuki musim hujan, sehingga efek El-Nino sudah mulai berkurang.
“Adapun efek El-Nino baru berdampak pada produksi CPO nasional pada 2024. Kami akan terus fokus untuk menjaga produktivitas perkebunan dalam mengantisipasi dampak dari El-Nino seperti program intensifikasi dengan menjaga tingkat penguapan yang ada pada tanaman agar kandungan air yang ada di dalam tanah mencukupi kadar yang dibutuhkan oleh tanaman sawit dan water management system,” ungkapnya.
Terkait anggaran belanja modal, SGRO sudah membelanjakan sekitar 45% dari total dana capex yang dialokasikan tahun ini senilai Rp700 miliar. “Alokasi belanja modal sampai September 2023 yang telah direalisasikan sebesar Rp377 miliar. Dana ini digunakan untuk pengembangan perkebunan dan sisanya untuk pemeliharaan aset tetap seperti bangunan, infrastruktur dan mesin,” katanya. (SDR)