JAKARTA – Riset sangat diperlukan untuk keberlanjutan industri sawit. Karena itu, penelitian dan pengembangan harus mampu memberikan solusi terhadap berbagai persoalan yang dihadapi oleh industri kelapa sawit saat ini.
“Seperti peningkatan produktivitas, efisiensi, peningkatan aspek sustainability dan awareness terhadap lingkungan dan isu-isu global. Riset juga diperlukan untuk mendorong penemuan atau inovasi produk maupun menemukan pasar baru,” kata Plt. Direktur Penyaluran Dana Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Zaid Burhan Ibrahim saat membuka Talkshow: Road to Pekan Riset Sawit Indonesia Tahun 2023 di Serpong, Tangerang Selatan, Rabu (27/9/2023).
Dalam rangka menjembatani hasil inovasi dengan pemakai teknologi, setiap tahun BPDPKS juga menyelenggarakan diseminasi dan pameran hasil riset melalui Pekan Riset Sawit dengan mengundang seluruh stakeholder kelapa sawit dari kalangan industri, pemerintahan dan masyarakat.
“Pada kegiatan ini hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Lembaga Penelitian dan Pengembangan akan ditampilkan/disosialisasikan agar dapat diketahui, kemudian dapat diambil manfaatnya oleh stakeholders kelapa sawit,” kata Zaid Burhan.
Pada kesempatan tersebut, Jenny Elisabeth mengatakan bahwa minyak sawit memiliki peranan yang sangat penting dalam industri pangan, industri oleochemical dan bioenergi. Pada industri pangan, penggunaan minyak sawit di bahan pangan karena karakternya mirip dengan minyak susu, pengganti lemak coklat. Sementara itu untuk batang sawit usia tebang juga dapat diaplikasikan sebagai palm fructose syrup”.
“Semuanya ini bisa berkat adanya riset. Hasil-hasil riset yang sudah didukung pendanaannya oleh BPDPKS perlu terus dikembangkan agar Indonesia dapat memenuhi kebutuhan domestik dan substitusi impor,” papar Jenny Elisabeth.
Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategic Policy (PASPI) Tungkot Sipayung menyampaikan bahwa peran inovasi sangat penting bagi suatu bangsa. Namun, kegagalan dalam berinovasi sering terjadi dan menjadi tantangan bersama.
Terdapat dua hal yang menjadi driver dalam inovasi, yaitu inovasi dari demand side-market pull dan dorongan teknologi (technology push). “Kita memang sudah menjadi produsen minyak sawit dunia, namun kita tidak punya basis yang kuat untuk produksi pupuk. Saat ini Indonesia masih bergantung pada pupuk anorganik,” tegas Tungkot Sipayung.
Hal lain yang menjadi tantangan kita, kata Tungkot, yaitu perlunya inovasi baru dalam melakukan mitigasi risiko yang datangnya dari alam. “Saat ini perubahan iklim begitu nyata terasa, el-nino sangat berdampak pada perkebunan sawit di Indonesia,” ujar Tungkot.
Kepala Divisi Program Pelayanan BPDPKS Arfie Thahar menyampaikan bahwa sejak 2016, BPDPKS melaksanakan Pekan Riset Sawit Indonesia. Tujuannya agar hasil riset dapat didiseminasikan kepada seluruh stakeholder, baik dari industri, pemerintah, UMKM, masyarakat, kelompok tani agar dapat dimanfaatkan.
Menurut Arfie, pemanfaatan inovasi hasil riset yang telah dilakukan BPDPKS dalam upaya komersialisasi telah melalui kerjasama dengan Asosiasi Inventor Indonesia (AII) untuk membantu dalam melakukan valuasi terhadap kesiapan teknologinya. AII bertugas untuk mempertemukan inventor (peneliti) dengan investor (industri).
Pada 2021 dihasilkan tujuh letter of intent atau surat minat dari industri/investor, yaitu Biosilika, Furfural, Lemak kalsium, mesin grading TBS, Foaming Agent, bioplastic dan Emulsifier MDAG.
BPDPKS telah mengagendakan Kegiatan Pekan Riset Sawit Indonesia 2023 atau PERISAI 2023 yang akan dilaksanakan di Surabaya, Jawa Timur pada 25-26 Oktober 2023. Kegiatan ini nanti akan dikemas dalam bentuk plenary session yang terbagi menjadi beberapa fokus riset, pameran/exhibition yang menampilkan poster hasil riset dan ada demo masak dengan menggunakan minyak sawit merah.
Pada kegiatan ini akan ditampilkan 20 hasil riset yang telah didanai BPDPKS yang terdiri dari berbagai bidang yaitu Bioenergi, Biomaterial, Budidaya/Pasca Panen, Lingkungan, Pangan dan Sosial Ekonomi/ICT. (SDR)