JAKARTA – Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) banyak mendanai berbagai macam riset terkait kelapa sawit. Riset-riset tersebut diyakini mampu memberikan solusi, menjadi pemecah masalah atau problem solving terhadap berbagai persoalan yang dihadapi oleh industri kelapa sawit nasional saat ini.
Menurut Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Eddy Abdurrachman banyak problem yang bisa dipecahkan oleh hasil riset sawit yang didanai BPDPKS. Seperti peningkatan produktivitas dan efisiensi, peningkatan aspek keberlanjutan atau sustainability, kepedulian atau awareness terhadap lingkungan dan isu-isu global, serta mendorong penemuan atau inovasi produk atau pasar baru.
Hal itu dikatakan Eddy Abdurrachman, saat menyampaikan kata sambutan seusai penandatanganan kerjasama pendanaan Grand Riset Sawit Tahun 2023 dengan puluhan kampus serta lembaga penelitian dan pengembangan (litbang), beberapa waktu yang lalu.
Eddy memaparkan, topik-topik penelitian yang didanai BPDPKS antara lain pengembangan material baru berbasis sawit dan biomassanya dengan menghasilkan nilai tambah tinggi, seperti asam akrilat, biodiesel maju, material vaksin dan lainnya.
“Dari sisi hulu, dikembangkan juga dari bidang pemuliaan tanaman kelapa sawit untuk menghasilkan bibit unggul peningkatan produktivitas dan pengembangan produk pangan dan pakan bernutrisi tinggi berbasis kelapa sawit,” ungkap Eddy.
Selain itu, ia mengatakan, kajian sosial ekonomi juga dikembangkan melalui studi di lingkungan perkebunan, pekerja di industri kelapa sawit dan kajian sertifikasi demi mewujudkan kelapa sawit berkelanjutan dan mendukung circular economy.
BPDPKS, kata dia, berharap dapat terus memberikan kontribusi maksimal untuk mendukung program-program yang diamanatkan serta berharap hasil penelitian yang sedang dan akan dilaksanakan dapat dimanfaatkan.
“Khususnya oleh industri kelapa sawit, pemerintah dan masyarakat, baik sebagai acuan dalam pelaksanaan pengembangan industri kelapa sawit dan produk-produk turunannya serta untuk pengambilan kebijakan untuk keberlanjutan industri sawit yang lebih baik,” kata Eddy.
Ia memastikan kalau upaya komersialisasi juga BPDPKS dukung untuk meningkatkan nilai TKT (tingkat kesiapan teknologi) dari penelitian-penelitian terdahulu.
Ia mencontohkan kerjasama yang digalang BPDPKS dengan Asosiasi Inventor Indonesia (AII) sejak 2021, dan menghasilkan 19 invensi yang potensial untuk ditindaklanjuti secara mendalam.
“Termasuk teknologi readiness level (TRL)-nya dan telah dihasilkan tujuh letter of intent atau surat minat dari industri atai investor, yaitu biosilika, furfural, lemak kalsium, mesin grading tandan buah segar (TBS), foaming agent, bioplastic dan emulsifier MDAG,” papar Eddy Abdurrachman.
Eddy kembali mengingkapkan harapan BPDPKS agar hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh industri kelapa sawit, pemerintah dan masyarakat. “Baik sebagai acuan dalam pelaksanaan pengembangan industri kelapa sawit dan produk-produk tertentu serta untuk pengambilan kebijakan untuk keberlanjutan industri sawit yang lebih baik,” tegas Eddy Abdurrachman.
Di kesempatan terpisah, Kepala Divisi Usaha Kecil Menengah Koperasi (UKMK) BPDPKS Helmi Muhansyah mengajak para pengusaha yang berhimpun dalam Himpunan Pengusaha KAHMI (HIPKA) untuk turut memanfatkan hasil riset BPDPKS yang siap dan potensial dikomersialisasikan produknya di skala usaha kecil dan menengah (UKM).
Tawaran pun disambut positif Ketua Umum HIPKA Kamrussamad. Dia menyampaikan aspirasi kewirausahaan yang dipegang oleh HIPKA dapat menjadi bentuk kolaborasi antar pengusaha dan mendapatkan dukungan pemerintah. “Intinya kami siap memanfaatkan hasil riset yang ditawarkan BPDPKS,” kata Kamrussamad.
Salah satu hasil riset yang didanai BPDPKS yakni minyak makan merah (M3). M3 merupakan salah satu produk hasil riset yang berpotensi untuk dikomersialisasikan. “BPDPKS siap memberikan support agar minyak makan merah dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat yang lebih luas termasuk pemanfaatannya untuk peluang pengembangan usaha bagi UKMK,” kata Helmi Muhansyah pada acara Sosialisasi Manfaat Minyak Makan Merah untuk Kuliner dan Kesehatan di Bandung, pada 11 Agustus 2023 lalu.
Acara ini diikuti oleh berbagai stakeholder meliputi Usaha Kecil Menengah dan Koperasi (UKMK), pekebun sawit, perangkat desa, akademisi, mahasiswa dan komunitas Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).
Minyak makan merah, kata Helmi Muhansyah, menemui tantangan terutama terkait pemahaman masyarakat. Padahal di dalam minyak makan merah terkandung berbagai nutrisi penting seperti Vitamin A, Vitamin E dan beta karoten yang masih tinggi.
“Minyak Makan Merah juga relevan dengan kebijakan jangka pendek pemerintah Presiden Joko Widodo pada tahun 2024 untuk menekan stunting,” terang Helmi Muhansyah. (SDR)