BANDUNG – Komoditas kelapa sawit terus memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian Indonesia meskipun menghadapi tantangan penurunan harga di 2023. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 mencapai 5,05%.
Sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah Transportasi dan Pergudangan, mencapai 13,96%. Namun demikian, sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, termasuk di dalamnya produksi kelapa sawit, juga tumbuh positif sebesar 1,30%, memberikan kontribusi penting bagi pertumbuhan ekonomi.
Menurut Direktur Perencanaan dan Pengelolaan Dana di Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Kabul Wijayanto, kelapa sawit juga merupakan penyumbang terbesar untuk ekspor non-migas Indonesia. Ekspor non-migas Indonesia pada 2023 mencapai USD242,87 miliar, dengan sekitar USD28,45 miliar berasal dari ekspor lemak dan minyak hewan/nabati, termasuk minyak kelapa sawit.
Bahkan harga minyak kelapa sawit (CPO) cenderung stabil di 2023, tidak mengalami kenaikan yang signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Harga CPO CIF Rotterdam berkisar antara USD905/MT-USD1.019/MT, dengan rata-rata sebesar USD964/MT.
Sementara itu, harga patokan ekspor CPO yang ditetapkan oleh Kementerian Perdagangan (Kemendag) berkisar antara USD723,45-USD955,53/MT, dengan rata-rata sebesar USD832,26/MT. Demikian pula, harga tandan buah segar kelapa sawit juga relatif stabil, dengan penetapan Gubernur berkisar antara Rp2.180-Rp2.718/kg, atau rata-rata sebesar Rp2.425/kg.
Pemerintah, kata Kabul, terus berupaya untuk memastikan pengembangan kelapa sawit yang berkelanjutan sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2019 tentang Rencana Aksi Nasional Kelapa Sawit Berkelanjutan.
“Namun, masih terdapat beberapa tantangan yang perlu diatasi, seperti masalah legalitas lahan dan rendahnya produktivitas perkebunan kelapa sawit, terutama pada perkebunan rakyat. Produktivitas perkebunan sawit rakyat pada tahun 2023 hanya mencapai 2,58 ton/hektare, jauh di bawah produktivitas perkebunan besar negara dan swasta,” katanya saat membuka acara Focus Group Discussion, bertajuk Membangun Kelapa Sawit Indonesia yang Berkelanjutan di Bandung, Kamis (7/3/2024).
Untuk meningkatkan produktivitas, pemerintah telah meluncurkan Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) dan Program Sarana dan Prasarana. Meskipun capaian dari Program PSR belum mencapai target yang ditetapkan, pemerintah terus berupaya meningkatkan efektivitas program tersebut.
“Program Sarana dan Prasarana juga akan terus ditingkatkan, dengan alokasi dana yang telah ditetapkan untuk memberikan bantuan berupa bibit, pupuk, pestisida, alat pertanian, dan infrastruktur lainnya kepada para petani kelapa sawit,” ungkap Kabul.
Dengan langkah-langkah ini, diharapkan sektor kelapa sawit dapat terus berkembang secara berkelanjutan, memberikan kontribusi yang lebih besar bagi perekonomian Indonesia, serta meningkatkan kesejahteraan para petani kelapa sawit di seluruh negeri. (SDR)