SUMSEL – Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mendorong Sumatera Selatan menjadi provinsi percontohan pengelolaan perkebunan sawit nasional. Salah satu indikator percontohan adalah penggunaan alsintan dan perluasan peremajaan sawit rakyat (PSR).
Selama ini, penggunaan alsintan dan program peremajaan sawit rakyat telah terbukti mampu membantu pekebun rakyat memperbaharui sawitnya menjadi berkualitas dan berkelanjutan.
“Hari ini kita panen perdana sawit program PSR yang ditanam beberapa tahun lalu. Saya ingin berterima kasih kepada semua pihak termasuk pemda karena telah membantu rakyat sehingga program PSR berhasil luar biasa dan berkelanjutan dengan penggunaan alsintan,” kata Menteri SYL ketika menggelar panen perdana program PSR di Kecamatan Teluk Gelam, Kabupaten OKI, Sumatera Selatan, Senin, 17 Juli 2023.
Menurut Mentan SYL, selama ini komoditas sawit menjadi andalan yang dibutuhkan dunia. Karena itu, program PSR harus diperluas ke semua sentra ke seluruh daerah di Indonesia. Pemerintah menargetkan perluasan PSR di 21 Provinsi dengan luas 180 ribu hektare per tahun.
“Target ini harus kita capai dan kita sepakati bersama. Apalagi selama ini sawit menjadi andalan negara kita untuk kepentingan bangsa dan negara,” katanya.
Sejauh ini, perkembangan realisasi PSR nasional tahun 2017-2022 mencapai 295.365 hektare. Pada tahun 2023 telah mencapai 68.000 hektare. Sementara progres realisasi PSR di Sumatera Selatan pada periode 2017-2023 mencapai 59.329 hektare. Panen perdana tahun ini digelar di lahan 1.157 hektare yang di tamam pada 2020.
Gubernur Sumatera Selatan, Herman Deru menyampaikan terima kasih atas peremajaan sawit rakyat untuk pekebun di Kabupaten OKI. “Kami berjanji akan memperluas peremajaan sawit rakyat di Sumsel. Kami berterimakasih karena selama ini kami dibantu terkait bibit, dimana ada bank benih perkebunan serta alsintan,” katanya.
Direktur Jenderal Perkebunan Kementan, Andi Nur Alam Syah menambahkan berbagai upaya terus dilakukan untuk meningkatkan sawit. Di antaranya launching Taksi Alsintan Bun Sawit, dengan nilai 1 Paket untuk setiap luasan 200 hektare sebesar Rp 3.1 Milyar.
“Paket ini terdiri dari 1 unit TR4 90 HP, 2 unit TR4 55 HP, 100 unit alat panen (dodos), 100 unit alat panen (egrek) dan 10 unit alat angkut panen (Crawler Dumper),” katanya. Selain itu, aturan juga telah direvisi yakni Permentan Nomor 03 tahun 2022 menjadi Permentan Nomor 19 tahun 2023 yang memudahkan pelayanan terhadap para pekebun rakyat.
“Yang pasti peremajaan sawit rakyat jangan hanya dipandang sebagai perbaikan tanaman kelapa sawit saja, tetapi juga harus mampu menciptakan inovasi dan optimalisasi sumber daya lahan serta pemberdayaan bagi petani sawit,” katanya.
Sementara itu, ekspor kelapa sawit berdasarkan data BPS pada Bulan Juni 2023 mengalami kenaikan sebesar 55,51 persen apabila dihitung secara bulanan (month-to-month/m-t-m). Kenaikan itu membuat sektor pertanian berkontribusi hingga 0,36 miliar dolar AS.
Sedangkan secara akumulatif, ekspor pertanian pada Januari-Juni 2023 telah membukukan 2,13 miliar dolar AS. Sektor pertanian berkontribusi sebesar 1,66 persen terhadap total ekspor Indonesia pada periode tersebut. (NYT)