JAKARTA – PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) mencetak laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp120,14 miliar hingga September 2023. Kondisi ini berbeda dari tahun sebelumnya rugi Rp14,02 miliar. Dengan melihat kondisi itu, PT Eagle High Plantations Tbk mencatat laba per saham Rp3,81 dari periode sama tahun sebelumnya rugi Rp0,44.
Merujuk data laporan keuangan BWPT yang dikutip, Senin (13/11/2023), mencatat pendapatan usaha Rp3,21 triliun hingga kuartal III/2023, turun sekitar 6% dari periode sama tahun sebelumnya Rp3,43 triliun. Perseroan menyatakan pendapatan turun sekitar 6% yang disebabkan penurunan rata-rata harga pasar crude palm oil (CPO) dan PK yang signifikan pada 2023.
Beban pokok penjualan Rp2,45 triliun hingga September 2023. Beban pokok penjualan susut 9,3%. Pada periode sama tahun sebelumnya, beban pokok penjualan Rp2,71 triliun. Perseroan mencatat laba kotor naik 4,6% menjadi Rp758,48 miliar hingga akhir kuartal III/2023. Pada periode sama tahun sebelumnya Rp724,44 miliar.
Perseroan mencatat beban usaha susut 3,03% menjadi Rp271,89 miliar hingga akhir kuartal III/2023. Hingga kuartal III/2022, beban usaha tercatat Rp280,39 miliar. PT Eagle High Plantations Tbk membukukan laba usaha Rp486,58 miliar, naik 9,57% dari periode sama tahun sebelumnya Rp444,04 miliar.
Perseroan mencatat ekuitas Rp2,14 triliun hingga September 2023 dari akhir 2022 sebesar Rp2,04 triliun. Total liabilitas perseroan turun menjadi Rp8,07 triliun hingga akhir kuartal III/2023 dari Desember 2022 Rp10,17 triliun.
Aset perseroan turun menjadi Rp10,21 triliun hingga September 2023 dari Desember 2022 Rp12,22 triliun. Perseroan kantongi kas dan setara kas Rp52,54 miliar hingga 30 September 2023 dari akhir 2022 Rp108,87 miliar.
Terkait adanya peningkatan laba bersih, Direktur Utama BWPT, Henderi Djunaidi menyampaikan hal ini merupakan buah konsistensi perseroan dalam menerapkan praktek agronomi yang baik sehingga mampu bertahan dalam kondisi El-Nino.
Meskipun ia mengakui bahwa sebagian besar tren produksi di perkebunan sawit mengalami penurunan, namun BWPT berhasil menjaga produksi kebun sawit tetap stabil serta volume penjualan CPO dan PKO mengalami peningkatan.
“Volume penjualan CPO tercatat mengalami peningkatan sebesar 8%, naik dari 242.376 MT menjadi 260.711 MT YoY, sedangkan penjualan PK meningkat sebesar 4%, dari 44.133 MT menjadi 46.009 MT dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya,” ujar Henderi dalam keterangan tertulisnya.
Tak hanya itu, BWPT juga berhasil mencatatkan peningkatan yield FFB per hectare (ha) sebesar 14%. Sementara itu, gross profit margin dan operating margin perseroan mengalami peningkatan sebesar 3% meskipun pendapatan mengalami penurunan sebesar 6% yang disebabkan oleh penurunan rata-rata harga pasar CPO dan PK yang signifikan di kuartal III/2023 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Pencapaian di kuartal III/2023 ini searah dengan target pertumbuhan double digit, yang sudah menjadi tradisi tahunan BWPT. “Melihat capaian hingga kuartal III tahun ini, BWPT optimistis akan dapat melanjutkan tren pertumbuhan double digit secara finansial dan operasional di tahun 2023,” kata Henderi.
Di sisi lain, sebagai bentuk komitmen perseroan terhadap inisiatif ESG. BWPT tercatat telah berhasil menambah 1 sertifikasi RSPO di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Kalimantan Timur. (SDR)