PALEMBANG – Ketersediaan benih unggul bermutu bersertifikat dan berlabel merupakan salah satu variabel yang sangat penting dalam Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR). Pasalnya, jika bibit yang digunakan untuk Program PSR ini merupakan bibit asalan, diyakini produktivitasnya tidak sesuai harapan.
Direktur Perbenihan Perkebunan, Direktorat Jenderal (Ditjen) Perkebunan, Kementerian Pertanian (Kementan) Gunawan menyampaikan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan salah satu cara dilakukan dengan menggunakan benih unggul bermutu bersertifikat dan berlabel.
“Penggunaan benih unggul bermutu bersertifikat dan berlabel sangat penting, karena sangat berpengaruh dalam peningkatan produksi tanaman perkebunan,” ujar Gunawan pada acara Pertemuan Koordinasi Pemantapan Penyediaan dan Pengawasan Peredaran Benih Kelapa Sawit di Palembang, Sumatera Selatan (26/6/2023).
Menjawab kebutuhan ini, Ditjen Perkebunan meluncurkan aplikasi Bank Benih Perkebunan (BabeBUN). Peluncuran aplikasi ini memudahkan pekebun mengakses benih kelapa sawit langsung kepada 19 sumber benih kecambah yang menghasilkan 70 varietas benih unggul.
Selain itu, dalam aplikasi ini terdapat 216 produsen benih pembesaran yang tersebar di seluruh Indonesia. Sehingga tidak ada alasan pekebun peserta PSR kesulitan mendapatkan benih kelapa sawit unggul.
“Dengan adanya aplikasi BabeBUN akan mendorong capaian target program PSR. Karena dengan BabeBUN ini bisa menjadi penghubung koperasi tani dengan produsen benih,” tegas Gunawan.
Bahkan, Gunawan menegaskan dengan adanya aplikasi BabeBUN, koperasi bisa melihat atau mencari sumber benih yang terdekat. Ini penting mengingat kelapa sawit sebagai sumber devisa negara sehingga program PSR ini menjadi penting untuk memperbaiki produktivitas nasional.
Harus diakui bahwa rendahnya produktivitas sawit nasional karena disebabkan produktivitas tanaman kelapa sawit milik pekebun yang masih rendah. Artinya dengan memperbaiki produktivitas nasional, sama saja dengan memperbaiki produktivitas kebun sawit milik rakyat.
Lebih lanjut, Gunawan mengatakan terkait dengan program PSR, penggunaan benih memiliki peran strategis. Pasalnya untuk proses penyiapan benih diperlukan waktu antara 3 sampai 24 bulan atau satu tahun sebelum penanaman.
“Selain itu, investasi yang dikeluarkan untuk melaksanakan kegiatan PSR sangat besar dengan harapan yang sangat besar juga,” katanya. Investasi dan harapan yang besar tersebut, lanjut Gunawan, akan sia-sia manakala dalam pelaksanaan PSR menggunakan benih asalan atau benih ilegitim.
Gunawan menjelaskan dampak negatif penggunaan benih sawit ilegitim tersebut adalah tanaman lambat berbuah, produksi tandan buah segar (TBS) lebih rendah dari produksi normal, proses pengolahan tidak efisien, serta kerugian finansial dan ekonomi.
Melalui aplikasi BabeBUN PSR, penggunaan benih ilegitim dapat diminimalisir. Selain itu, pemasaran/bisnis benih sawit lebih terbuka atau tidak terjadi monopoli. “Aplikasi ini memungkinkan distribusi benih sawit lebih terorganisir,” tandas Gunawan.
Menurut Gunawan, dengan kegunaan lain aplikasi ini pekebun memiliki kesempatan untuk memilih benih sawit sesuai dengan minat dan kesesuaian lokasi. Bagi Ditjen Perkebunan dan UPTD Perbenihan seluruh provinsi, dengan menggunakan aplikasi ini dapat ikut mengawasi proses peredaran benih kelapa sawit khususnya untuk kegiatan PSR.
“Sehingga dalam hal ini aplikasi BabeBUN PSR yang bagian dari BabeBUN mempercepat terwujudnya program PSR.
Kadis Perkebunan Sumatera Selatan Agus Darwah penggunaan aplikasi BabeBUN ini. Sebab tidak sedikit petani perkebunan yang dahulu menggunakan benih asalan atau tidak bersertifikat.
“Memang saat ditanam benih tersebut akan tumbuh, tapi tidak berbuah secara maksimal. Sehingga dengan adanya program PSR, maka diharapkan benih yang ditanam bisa berbuah secara maksimal,” harap Darwah.
Sementara itu Ketua Forum Kerjasama Produsen Benih Kelapa Sawit (FKPB-KS) Dwi Asmono siap mendukung terwujudnya program PSR. Dia menegaskan, berapapun kebutuhan benih sawit untuk PSR, produsen benih siap memenuhinya.
“Jika selama ini Indonesia dikenal sebagai produsen minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) terbesar di dunia, saat ini Indonesia juga sebagai produsen benih kelapa sawit terbesar di dunia,” jelas Dwi.
Direktur Jenderal Perkebunan Andi Nur Alamsyah menyampaikan bahwa investasi perkebunan merupakan investasi jangka panjang. Untuk itu dalam pelaksanaannya perlu disiapkan dengan baik.
Salah satu faktor utama dan paling penting adalah pemilihan benih yang berkualitas. Dalam memilih benih perkebunan harus memenuhi enam tepat; yaitu tepat jumlah, varietas, mutu, waktu, lokasi dan tepat harga.
Benih berkualitas dan berlabel merupakan benih yang berasal dari kebun sumber benih yang telah ditetapkan oleh Dirjen Perkebunan atas nama Menteri Pertanian. Benihnya disertifikasi dan dilabel, dan dalam penyalurannya diawasi oleh petugas Pengawas Benih Tanaman. (SDR)