PADANG – Para pemuda tani terus memberikan kontribusinya terhadap pertanian di Indonesia. Satu di antaranya adalah Muhammad Anshar. Pemuda asal Blitar, Jawa Timur ini menemukan biotekologi Biosaka. Karyanya tersebut sudah tercatat di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenhumkam) Nomor 000399067.
Dikutip dari laman Cybex Kementerian Pertanian (Kementan), Biosaka diambil dari dua suku kata yaitu Bio yang artinya Hidup dan Saka singkatan dari Selamatkan Alam Kembali Ke Alam, sehingga secara harfiah Biosaka berarti bahan aktif yang berasal dari mahluk hidup dalam hal ini tanaman guna menyelamatkan alam dengan cara kembali ke alam.
Biosaka bukanlah pupuk atau pestisida melainkan elisitor yaitu senyawa kimia yang dapat memicu respon fisiologi, morfologi pada tanaman menjadi lebih baik, memberikan sinyal positif bagi membran sel pada akar sehingga lebih energik dan produktif. Biosaka adalah salah satu sistem teknologi terbarukan dalam perkembangan dunia pertanian organik modern yang terbentuk sebagai bioteknologi Biosaka.
Manfaat ramuan Biosaka dapat memperbaiki sel-sel tanaman. Ramuan ini bisa dibuat secara mandiri sehingga dapat menghemat penggunaan pupuk kimia. Biosaka juga diklaim bisa meminimalisir serangan hama.
Beberapa pengalaman menunjukkan bahwa penggunaan Biosaka itu dapat mengurangi penggunaan pupuk dan pestisida kimia 50% hingga 90% dan meningkatkan jumlah produksi.
Pada Pekan Nasional (PENAS) Tani Nelayan XVI yang dihelat di Kota Padang, Sumatera Barat, Biosaka diaplikasikan pada tanaman kacang hijau. Terbukti, tanaman kacang hijau yang mengaplikasikan elisitor Biosaka tumbuh subur dan hasil panennya bagus.
“Saya ingin tanah Nusantara land of harmony Indonesia, lumbung pangan dunia, dan petaninya adil makmur sejahtera,” kata Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Suwandi.
Sementara itu, dokter hewan Benny Rahman, petani sekaligus perwakilan Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) Enrekang, Sulawesi Selatan mengaku hadir di PENAS Ke-XVI tersebut mendapatkan inovasi pertanian yang beda, yaitu Elisitor Biosaka.
Biosaka yang bukan merupakan pupuk, namun dapat menggantikan pupuk, mampu menyatukan unsur-unsur tanah air Indonesia menjadi satu kesatuan yang homogen sehingga terbangun ekosistem kehidupan yang harmoni dan berkelanjutan.
“Tanah air itu harus satu untuk menjadikan kehidupan. Dan ini dibuktikan Biosaka. Saya sangat berharap para kepala dinas dan peneliti menerapkan Biosaka ini di seluruh tanah air Indonesia. Kita harus bersinergi. Peneliti dan kepala dinas harus mendukung petani dalam mengaplikasikan Biosaka ini,” tutur Benny.
Direktur Aneka Kacang dan Umbi-Umbian (Akabi) Kementan Enie Tauruslina Amarullah untuk menggenjot produksi kacang hijau dalam negeri, bisa diaplikasikan inovasi Biosaka ini. Teknologi ini, kata dia, ramah lingkungan, biaya usaha tani efiesin tapi hasil panen tentunya naik.
“Ini terbukti di Gelar Teknologi Penas. Kita aplikasikan di mana kacang hijau tumbuh bagus dan tanah menjadi subur. Sebanyak 300an pengunjung sudah mengunjungi gelar percontohan kami. Dan kami targetkan 40.000 pengunjung ikut berpartisipasi dalam gelaran event ini,” ucap Enie.
Perlu diketahui, salah satu rangkaian Penas XVI di Kota Padang ini adalah kegiatan Bimbingan Teknologi (Bimtek) pertanian, salah satunya tentang Elisitor Biosaka. Bimbtek Biosaka ini dihadiri sekitar 150 peserta petani dan petugas dari 9 provinsi yang mengikuti dengan antusias.
Bimtek Biosaka yang dilaksanakan sejak awal Penas ini, menghadirkan narasumber terkemuka yang merupakan pakar atau guru besar dan praktisi pertanian yaitu Prof Robert Manurung (akademisi ITB), Ansar (Penemu Biosaka), Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Blitar, Wawan Widianto dan Handayani dari Dinas Pertanian Kabupaten Sukoharjo.
Kelebihan Biosaka
- Efektifitas kinerja yang baik. Reaksi biosaka dapat dilihat dalam waktu 24 jam setelah aplikasi
- Dapat digunakan pada seluruh fase tanaman, mulai dari benih sampai panen
- Proses produksinya pun sangat cepat karena tidak menggunakan metode fermentasi yang biasanya memakan waktu paling cepat 1 minggu
- Cara penggunaannya mudah dan penggunaan dosis yang sangat sedikit, cukup 40 ml dicampur 15 liter air untuk satu kali penyemprotan untuk B. Mluasan 1.000 m2, atau 400 ml untuk 1 ha tanaman padi. “Penyemprotan dari mulai tanam sampai panen dilakukan sekitar 7 kali aplikasi
- Dapat diterapkan pada semua komoditas, termasuk tanaman perkebunan
- Dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia hingga 50-90 persen, sehingga jauh menghemat biaya produksi
- Bahan baku Biosaka juga tersedia setiap saat di lingkungan petani, dimana dan kapanpun
- Biaya nol rupiah/gratis petani bisa membuat sendir
- Tidak ada risiko kerugian bagi petani dan tanaman
- Tidak beracun
- Meminimalisir serangan hama penyakit
- Lahan menjadi subur
- Umur panen lebih pendek, produktivitas dan produksi lebih bagus. terlepas dari segala kelebihannya Biosaka pun mempunyai kekurangan yaitu tidak dapat diproduksi dengan mesin dan bahan baku yang terus berganti pada saat pembuatan
Pembuatan Biosaka
Alat yang diperlukan.
- Wadah (baskom/ember)
- Gayung
- Saringan
- Corong
- Botol/Jerige
Bahan
- Rumput-rumputan / daun-daunan yang sehat, sempurna, ukuran daun simetris, tidak terkena hama/penyakit, tidak bolong-bolong, tidak jamuran, ujung daun tidak kusam dan warna daun rata. Ambil agak ke pucuk/daun masih hijau, boleh diambil 2-4 daun dengan batangnya
- Pilih rumput/daun minimal 5 jenis yang berasal dari sekitar pertanaman, jenis dan warna rumput/daun bebas, tidak harus standar/seragam karena setiap waktu dan tempat bisa berbeda-beda
- Banyaknya bahan satu genggaman tangan untuk 1 wadah dalam satu kali pembuatan, 5% bahan dan 95% air atau sekitar 2,5 ons bahan rumput / daun dalam 5 liter air.
Proses Pembuatan
- Peremasan, dimulai dengan berdoa, dilakukan dengan sabar, ikhlas, sepenuh hati dan fokus.
- Campurkan bahan dengan air bersih sebanyak 2-5 liter dalam wadah yang sudah disiapkan (tanpa campuran bahan apa pun)
- Lakukan peremesan dengan tangan kanan, sementara tangan kiri memegang pangkal bahan. Sekali meremas diikuti sekali memutar/mengaduk air ke kiri. Tangan kanan bergerak memutar air ke kiri (berlawanan arah jarum jam) sambil mengumpulkan bahan yang tercecer sambil tetap meremas
- Diremas sampai selesai, tidak berhenti, tidak sampai hancur batangnya, tangan tidak boleh diangkat, tetap tangan di dalam air dan tidak berganti orang
- Ketika meremas tidak boleh pakai blender, mesin, atau ditumbuk tetapi harus menggunakan tangan, karena ada interaksi antara tangan dengan rumput sebagai makhluk hidup.
- Peremasan dilakukan sampai ramuan homogen (sebenarnya hingga koheren/harmoni), disebut homogen karena menyatu antara air dengan saripati rumput/daun. Untuk mencapai homogen perlu waktu kisaran10-20 menit.
- Ciri bahwa biosaka telah homogen yaitu tidak mengendap, tidak timbul gas, tidak ada butiran, bibir permukaan membentuk pola cincin, ramuan biosaka terlihat pekat dan mengkilap, bisa berwarna hijau/biru/ merah sesuai dengan warna rumput/daun yang digunakan. Bagi biosaka homogen yang sempurna bisa disimpan hingga 5 tahun.
- Kepekatan ramuan biosaka dapat diukur dengan menggunakan alat Total Disolved Solid (TDS), harga murah dapat dibeli di toko maupun online. Mengukur dengan TDS, pada saat sebelum dan setelah diremas, peningkatannya / deltanya minimal 200 ppm, sebaiknya diatas 300 ppm dan untuk menjadi homogen sempurna di atas 500 ppm. Ukuran ini bukan satu-satunya cara untuk mengukur biosaka homogen, tetapi hanya alat bantu saja. Masih banyak alat ukur yang lain, seperti dilihat visual niteni atau metode kinesologi atau metode lainnya
- Selanjutnya ramuan biosaka disaring menggunakan alat saringan dan dimasukan ke dalam botol/jerigen menggunakan corong.
- Ramuan biosaka bisa langsung diaplikasikan dan sisanya dapat disimpan. Wadah ramuan biosaka disimpan di tempat yang aman dan jauh dari jangkauan anak-anak.
Aplikasi Penyemprotan
- Dosis penyemprotan untuk padi dan jagung 40mL/tanki semprot volume 15 liter.
- Untuk aneka kacang dan umbi 30mL/tanki dan hortikultura 10ml/tanki.Untuk satu ha lahan cukup 3-4 tanki sprayer.
- Untuk padi dan jagung, aplikasi pertama pada umur 7-10 HST dan dilanjutkan 7 kali semusim dengan interval penyemprotan 10-14 hari dan untuk sayuran seminggu sekali.
- Penyemprotan dilakukan dengan nozzle kabut di atas pertanaman, minimal 1 meter di atas tanaman, letak posisi nozzle menghadap ke atas, tidak boleh diulang-ulang
- Waktu penyemprotan bisa pagi/siang/sore dan sebaiknya pada sore hari saat ada angin sehingga mudah menyemprot ngabut, perhatikan cuaca dan arah menyemprot mengikuti arah angin.
- Penyemprotan cukup dari atas galengan dengan stik diperpanjang hingga 2-3 meter
- Aplikasi biosaka efektif bila dibuat dan diaplikasikan di lokasi hamparan insitu dari bahan rumput/daun di sekitar. Jarak efektif aplikasi pada lahan radius maksimal 20 km dan untuk lahan yang sudah berat/tidak sehat harus lebih dekat lagi, tidak efektif biosaka diaplikasikan/dikirim antara wilayah karena terkait pengenalan agroekosistem. (SDR)