JAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) mematok target besar untuk penanaman padi gogo di lahan sawit dengan konsep tumpang sari. Kementan menargetkan 500.000 hektare padi gogo ditanam di kebun sawit.
Wakil Menteri Pertanian, Harvick Hasnul Qolbi mengatakan tumpang sari padi di lahan sawit sejalan dengan program akselerasi dan percepatan program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) yang ditargetkan mencapai 120.000 hektare.
“Tumpang sari dengan menanam padi gogo sebagai langkah strategis mengantisipasi dampak El-Nino,” ujar Harvick dalam keterangan resmi di Jakarta pada 5 Maret 2024.
Lahan sawit yang akan digunakan untuk tumpeng sari padi gogo tersebar di berbagai daerah antara lain lahan milik perusahaan BUMN PalmCo seluas 5.000 hektare, SuporticongCo seluas 10.000 hektare, lahan perusahaan anggota GAPKI 3.550 hektare dan lahan petani anggota Apkasindo seluas 67.400 hektare.
Sebelumnya, Ketua Umum GAPKI Eddy Martono menjelaskan Kementan sudah meminta pengusaha sawit merealisasikan program penanaman padi gogo di lahan sawit yang tengah diremajakan. Hal ini sebagai upaya membantu produksi beras nasional yang mengalami krisis akibat dampak El Nino.
“Kami kemarin dipanggil Kementan, GAPKI diminta untuk membantu ketahanan pangan beras dengan melakukan tumpang sari dalam peremajaan sawit rakyat,” katanya. Pada tahap pertama penanaman dilakukan di Kalimantan Selatan.
Sementara itu, Ketua Umum Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi), Bustanul Arifin mengatakan, penanaman padi gogo tidak serta-merta diandalkan sebagai alternatif sumber penyediaan beras nasional.
Hal ini karena produktivitas padi gogo lebih rendah dari pada padi di lahan sawah. Namun, penanaman padi gogo tumpang sari di lahan sawit yang baru diremajakan bisa menjadi sumber pemasukan petani sawit sambal menunggu sawit mulai menghasilkan. (NYT)