RIAU – Sejumlah negara sehaluan atau like-minded countries (LMCs) mempelajari pengelolaan komoditas berkelanjutan kelapa sawit rakyat di Indonesia sejak akhir Juni hingga awal Juli. Pelatihan ini digelar pada 22 Juni hingga 2 Juli 2024.
Pelatihan ini merupakan hasil kerja sama antara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), Institut Pertanian Bogor (IPB), dan Lembaga Dana Kerja Sama Pembangunan Indonesia (LDKPI) sebagai komitmen Indonesia dalam pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs).
Para peserta berkesempatan mengunjungi perkebunan kelapa sawit di Siak, Riau yang dikelola petani rakyat. Perkebunan tersebut menggunakan praktik perkebunan berkelanjutan, di mana 80 petani sudah telah tersertifikasi Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO).
Selain itu, perkebunan yang dikunjungi mengedepankan kearifan lokal dan konservasi hutan dalam pengelolaan kebun, contohnya dengan menggunakan bio pestisida dan pupuk organik. Perkebunan yang dikunjungi selama ini juga telah melakukan praktik keterlacakan dengan metode Polygon Mapping.
Para peserta juga menghadiri jamuan makan malam oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau di Bale Serindit di Pekanbaru. Kegiatan menampilkan tarian tradisional penyambutan Joget Sonde, musik khas Melayu, serta makanan khas Provinsi Riau.
Staf Ahli bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Kemenlu RI, Duta Besar Adam M. Tugio, berharap para peserta dapat belajar praktik terbaik dari perkebunan kelapa sawit di Riau, terutama pada aspek keberlanjutan dan kontribusi petani rakyat terhadap industry kelapa sawit.
“Harapannya, kunjungan ini memberikan pelajaran dan manfaat bagi peserta yang dapat dibawa kembali ke negara masing-masing,” ucapnya, dalam keterangan di situs Kemenlu Selasa (2/7/2024).
Kelapa Sawit Berkelanjutan
Asisten III Sekretariat Daerah Provinsi Riau Elly Wardhani dalam sambutannya menyampaikan pelaku usaha dan petani rakyat telah berusaha keras untuk memenuhi sertifikasi ISPO dan berkomitmen agar semua komoditas perkebunan di Riau menggunakan praktik ramah lingkungan dan berkelanjutan.
“Harapannya ke depan kita sesama negara sehaluan dapat saling mendukung dalam praktik-praktik perkebunan berkelanjutan berbasis pada pertanian rakyat,” tutur Elly.
Sebelumnya, para peserta telah mengikuti sesi in-class di Bogor dengan topik-topik yang meliputi hambatan, tantangan, dan peluang di sektor kelapa sawit; lessons learned dari proses sertifikasi ISPO dan keberlanjutan; dan praktik-praktik baik dalam perkebunan kelapa sawit berkelanjutan. Para peserta juga melakukan diskusi mengenai praktik agrikultur yang baik dan berkelanjutan dari masing-masing negara peserta.
Direktur Perdagangan, Perindustrian, Komoditas, dan Kekayaan Intelektual Kemenlu Ditya Agung Nurdianto mengatakan tren perdagangan dan keberlanjutan di pasar global saat ini menunjukkan regulasi perlindungan lingkungan menghambat alur perdagangan komoditas pertanian dan makanan.
“Indonesia selalu perjuangkan komoditas kelapa sawit Indonesia yang berkelanjutan melalui diplomasi dan norm-setting di berbagai forum multilateral. Indonesia juga selalu berkomitmen pada praktik pertanian berkelanjutan,” ujar Ditya.
Komoditas Perkebunan
Program pelatihan ini akan berlangsung selama 5 tahun ke depan, berfokus pada aspek pengelolaan berbagai komoditas perkebunan oleh petani rakyat dengan praktik berkelanjutan, di mana petani rakyat berkontribusi langsung pada pencapaian SDGs, khususnya SDGs 1 (No Poverty) dan SDGs 2 (Zero Hunger).
Selain itu, penting untuk mengupayakan integrasi petani rakyat dalam global value chain komoditas perkebunan melalui kebijakan pemerintah, guna meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan mereka.
Hal ini sejalan dengan upaya pencapaian SDGs 8 (Decent Work and Economic Growth) dan SDGs 10 (Reduced Inequalities). Menurut data FAO, sekitar 600 juta petani rakyat di dunia memasok sepertiga pangan global.
Para peserta sampaikan bahwa pelatihan ini sangat bermanfaat dan menginspirasi untuk mencari gagasan dan solusi terkait pertanian berkelanjutan. Pelatihan ini penting dalam upaya membangun unified front dalam upaya pembangunan, serta memperkuat kerja sama negaranegara berkembang.
Diharapkan melalui pelatihan ini, para peserta dapat kembali ke negaranya dengan membawa ide dan ilmu yang dapat diimplementasikan di negara masing-masing terkait praktik perkebunan berkelanjutan. Selain itu, diharapkan juga pelatihan ini dapat meningkatkan kerja sama dan kolaborasi antara Indonesia dan negara-negara peserta. (ANG)