JAKARTA – Komoditas kelapa sawit sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Secara keseluruhan kontribusi sektor sawit ke Produk Domestik Bruto (PDB) RI mencapai 3,5% dengan melibatkan sekitar 18 juta penduduk dalam ekosistem sawit nasional.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sektor Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan memberikan kontribusi 23,43% (qtq) dalam perekonomian Indonesia sepanjang kuartal II/2024.
“Salah satu sektor usaha pertanian, kehutanan dan perikanan yang memiliki andil besar ke perekonomian Indonesia adalah sektor sawit,” ujar Pendiri dan Dewan Pengawas Indonesia Palm Oil Strategic Studies (IPOSS) Sofyan Djalil di Jakarta, Kamis (15/8/2024).
Baca Juga: Mentan Amran Fokus ke Pajale, Bagaimana Nasib Sawit?
Dia menyebutkan peran sektor sawit ke PDB tercermin dari angka ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) yang mencapai USD30 miliar per tahun hingga penyerapan tenaga kerja terkait sektor ini mencapai 18 juta orang.
Sofyan mengungkapkan guna menjaga keberlangsungan ekosistem sawit dan memberikan kontribusi yang lebih besar bagi ekonomi dan kemakmuran rakyat, diperlukan dukungan pemerintah terhadap kelompok usaha sawit utamanya ke kelompok usaha kecil. “Mereka yakni petani swadaya yang tidak memiliki akses ke sektor hulu-hilir sawit,” kata Sofyan.
Sofyan juga mengungkapkan pentingnya upaya mendorong produktivitas melalui replanting dan peremajaan sawit rakyat (PSR) untuk meningkatkan produksi CPO Indonesia.
Baca Juga: Kasihan, Bocah Ini Diborgol Selama 5 Jam Setelah Ketahuan Ambil Brondolan Sawit
Di sisi lain permasalahan gangguan keamanan dan sumber pembiayaan menjadi persoalan yang harus dihadapi oleh pengusaha maupun petani swadaya memperkuat ekosistem sawit di Indonesia.
Hal itu harus menjadi perhatian seluruh pemangku kepentingan untuk menjaga keberlangsungan ekosistem sawit agar tidak mengalami nasib komoditas lain yang mempunyai sejarah pernah berjaya, namun saat ini anjlok seperti gula, karet hingga teh. “Tentunya kita tidak ingin sawit nasibnya seperti gula, karet, atau teh. Komoditas tersebut dulu berjaya namun sekarang tinggal cerita,” katanya. (ANG)