- JAKARTA – Saat ini sudah banyak yang familiar dengan minyak goreng sebagai produk utama sawit, tapi dibalik itu juga ada potensi besar dalam produk turunan sawit bernilai tinggi. Pengembangan produk turunan ini menawarkan peluang untuk meningkatkan keuntungan dengan menjawab permintaan pasar yang terus berkembang dan menghasilkan produk ramah lingkungan dari sawit.
Diversifikasi produk sawit meningkatkan nilai tambah komoditas dan mengurangi risiko pasar yang cenderung fluktuatif di pasar internasional. Karena itu, dengan mengembangkan produk turunan yang lebih variatif, industri sawit bisa memaksimalkan keuntungan, mengurangi risiko pasar, dan lebih ramah lingkungan.
Baca Juga: BPDPKS Perkuat dan Perluas Riset Sawit Hilir
Produk turunan sawit yang bernilai tinggi tersebut adalah bioplastik, skincare (produk perawatan kulit), bio-lubricant (pelumas ramah lingkungan), biodiesel, makanan olahan (shortening dan margarin) dan farmasi.
1. Bioplastik
Bioplastik adalah plastik ramah lingkungan yang terbuat dari minyak inti sawit. Karena mudah terurai di alam, bioplastik menjadi solusi potensial untuk mengatasi krisis sampah plastik. Produk ini banyak dimanfaatkan dalam berbagai sektor, seperti kemasan makanan, alat makan sekali pakai, mulsa pertanian, komponen otomotif, tekstil, dan produk elektronik.
2. Skincare atau Produk Perawatan Kulit
Produk Skincare dari bahan alami kini semakin populer di pasar global, terutama di kalangan yang peduli lingkungan. Fatty acid sebagai bahan turunan sawit sangat umum digunakan sebagai bahan dasar untuk produk skincare seperti sabun, lotion, dan krim kulit karena kandungannya yang melembapkan dan mudah diserap kulit.
3. Bio-lubricant (Pelumas Ramah Lingkungan)
Pelumas dari minyak sawit adalah alternatif yang lebih ramah lingkungan dibandingkan pelumas berbasis minyak bumi. Bio-lubricant digunakan sebagai bahan dasar untuk berbagai keperluan industri, seperti pelumas mesin, pelumas hidrolik, dan minyak rantai pada kendaraan. Selain itu, bisa juga digunakan dalam peralatan pertanian, manufaktur, serta mesin-mesin berat.
4. Biodiesel
Untuk mengurangi emisi dan polusi, biodiesel terus diberdayakan pemerintah di berbagai negara, termasuk Indonesia yang sudah menerapkan program mandatori B33 yaitu campuran 35% biodiesel dalam bahan bakar solar. Biodiesel sendiri dimanfaatkan untuk bahan bakar kendaraan bermesin diesel seperti truk, bus, mobil diesel, dan mesin-mesin industri.
5. Makanan Olahan (Shortening dan Margarin)
Selain minyak goreng, sawit juga bisa diolah menjadi produk pangan lain seperti shortening dan margarin. Produk ini banyak digunakan dalam industri makanan olahan seperti pembuatan kue, roti, dan camilan lainnya.
6. Farmasi
Turunan sawit seperti Glycerin sering digunakan dalam pembuatan obat-obatan dan suplemen. Glycerin adalah bahan yang aman dan biasa digunakan dalam produk farmasi seperti kapsul, sirup obat, dan suplemen kesehatan.
Kepala Divisi Teknologi Proses, Departemen Teknologi Industri Pertanian IPB University Erliza Hambali mengakui bahwa minyak sawit banyak berguna bagi kehidupan manusia. Bahkan, kata dia, sawit bisa menjadi apa saja. Dia pun meneliti dan membuat produk dari minyak sawit.
Baca Juga: BPDPKS Dorong Pelaku UKMK Gunakan Produk Berbahan Sawit
“Awalnya dibuat jadi sabun dulu yang gampang. Kemudian berlanjut, setelah sabun saya cari terus apa lagi yang memiliki nilai tambah tinggi,” ujar dia.
Kemudian sejak 2005, dia pun kerap mencari kebaikan sawit dan mensosialisasikan produk-produk hilirisasi industri kelapa sawit hingga ke kementerian dan lembaga-lembaga lainnya.
Hilirisasi industri kelapa sawit, lanjut Erliza, adalah proses pengolahan Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO) menjadi produk-produk bernilai tambah lebih tinggi. Produk-produk ini bisa untuk tujuan ekspor ataupun substitusi produk impor.
“Produk hilirisasi kelapa sawit terbagi menjadi tiga kelompok besar yakni oleopangan, oleokimia, dan biofuel,” ujar dia. Oleopangan, kata Erliza, merupakan produk pangan yang berasal dari minyak kelapa sawit. “Misalnya minyak goreng, margarin, shortening, dan ghee.”
Baca Juga: BPDPKS Dukung Sertifikasi ISPO Petani Sawit
Minyak kelapa sawit, lanjut dia, juga dapat dijadikan oleokimia yang menghasilkan di antaranya sabun, surfaktan, deterjen, biolubricant, shampoo, biomaterial, dan bioplastik. Minyak kelapa sawit juga dapat dijadikan biofuel yang merupakan bahan bakar nabati sehingga menghasilkan biodiesel, bioethanol, dan biogas.
Minyak sawit adalah bahan baku serbaguna (versatile) yang aplikasinya luas dalam berbagai produk. Minyak sawit digunakan oleh industri manufaktur global sebagai bahan baku untuk menghasilkan berbagai macam produk seperti produk pangan, toiletries dan kosmetik, serta energi.
Kepala Divisi Program Pelayanan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Arfie Thahar mengatakan produk berbasis sawit digunakan oleh masyarakat global selama 24 jam mulai dari pagi, siang hingga malam. “Kita mau atau tidak mau ternyata menggunakan produk kelapa sawit sejak kita bangun sampai tidur kembali,” katanya.
Baca Juga: Peran Nyata BPDPKS Dukung RI Mandiri Pangan dan Energi
Ia menjelaskan, pagi kita menggunakan pasta yang menggunakan bahan baku dari kelapa sawit. Kemudian siang kita mencuci baju menggunakan detergen yang menggunakan bahan baku dari kelapa sawit juga.
Kemudian, sarapan memakan gorengan dan bikin nasi goreng menggunakan minyak goreng dari kelapa sawit. Bikin kopi menggunakan krimer yang juga berasal dari kelapa sawit.
Baca Juga: Ungkap Ragam Produk Turunan dan Manfaatnya, BPDPKS Gelar Talkshow Kenali Kelapa Sawit Lebih Dekat
“Kemudian, menanjak siang menggunakan transportasi umum ini menggunakan bahan bakar kelapa sawit. Makan siang dengan kelapa sawit, salat dressing, ice cream, kue kering, dan dan suplemen lainnya. Kemudian sampai dengan malam hari, kalau membersihkan muka menggunakan pembersih muka menggunakan kelapa sawit. Mau tidak mau 24 jam kita menggunakan kelapa sawit,” tutur Arfie. (SDR)