MAKASSAR – Ratusan hektare (ha) kebun kelapa sawit di Desa Pute Mata, Petta Landung, Girikusuma, Malangke dan Pattimang, Kecamatan Malangke, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan (Sulsel) terendam banjir. Banjir setinggi lutut hingga sedada orang dewasa ini sudah terjadi sejak April lalu.
“Sempat dua minggu surut di bulan Oktober, selebihnya banjir lagi,” kata Baharuddin Batjo Ruseng, salah seorang petani sawit di Desa Pattimang, Selasa (17/12/2024).
Akibat banjir yang sudah terlalu lama itu, semua tanaman sawit yang baru berumur dua tahun, kata Baharuddin, dipastikan mati. “Lebih satu hektare tanaman sawit saya juga mati. Yang bertahan hidup hanya tanaman yang saya tanam tahun 2011 silam,” cerita lelaki 52 tahun ini.
Baca Juga: Seratusan Hektare Tanaman Sawit Program PSR Mati Terendam Banjir
Memang, kata ayah tiga anak ini, saban tahun lima desa tersebut selalu kebanjiran. Tapi paling hanya di bulan April dan Mei. Tahun ini, banjir benar-benar betah di lima desa itu.
Semuanya terjadi lantaran sejak April lalu, tanggul Sungai Baliase jebol. Jebolnya tanggul sungai besar itu membikin air meluber ke dua sungai kecil; Sungai Masamba dan Sadulemo. Dua sungai inipun melimpah dan membanjiri desa-desa sekitar.
“Lima desa inilah yang paling parah. Enggak tahu lagi kami mau berbuat apa. Saya sendiri sudah dua bulan tak ke kebun. Kalau pun panen, sudah harus naik perahu dan ini kali pertama panen pakai perahu,” ujarnya.
Baca Juga: Tanam Sawit di Musim Kemarau, Bolehkan?
Gara-gara kondisi seperti itu, kata Baharuddin, tarif panen yang tadinya Rp250 per kilogram, menjadi Rp400 per kilogram. “Biasanya waktu panen hanya sehari, sekarang dua hari,” ujar Guru Matematika SMPN 1 Malangke ini mengeluh.
Baharuddin sangat berharap pemerintah segera turun tangan menanggulangi tanggul yang jebol tadi. Harapan ini sama seperti yang diungkapkan oleh Ketua DPD Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Luwu Utara, Rafiudin.
“Kami juga berharap uluran tangan dari semua pihak untuk membantu para petani yang kini sudah sangat kesulitan,” pinta Rafiudin.
Kepala Bidang Perkebunan Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Luwu Utara, Arifuddin menyebut, luas kebun kelapa sawit yang terendam banjir di lima desa tadi mencapai hampir 500 hektare.
“Di Desa Pattimang 300 hektare, Malangke dan Pute Mata masing-masing 50 hektare, Pettalandung 45 hektare dan Girikusuma 30 hektare,” kepadanya.
Hanya saja, meski sudah 8 bulan petani sawit kebanjiran, tapi belum ada siapapun yang datang mengulurkan tangan untuk meringankan derita yang dirasakan oleh para petani sawit itu.
Baharuddin pun bernostalgia, bahwa di Malangke, orang-orang baru bertanam sawit pada 2011 silam. Sebagian ada yang mengganti tanaman coklat menjadi sawit.
“Waktu itu belum banyak yang tanam sawit. Tapi sejak 2021, masyarakat mulai beralih ke tanaman sawit. Itulah makanya masih banyak tanaman muda. Kebanjiran pula,” ujarnya. (ANG)