BALI – Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono meminta Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) untuk turut melakukan edukasi atau membina petani sawit dalam melakukan teknik budidaya tanaman sawit secara baik dan benar atau good agricultural practice (GAP). Salah satunya yakni penggunaan bibit sawit bersertifikat.
“Problem selama ini banyak petani kita yang menggunakan bibit sawit tak bersertifikat atau asalan sehingga hasilnya kurang memuaskan, produktivitasnya rendah. Karena itu saya minta GAPKI turut memberikan edukasi dan bimbingannya kepada petani. Kasihan petani kalau terus menggunakan bibit asalan,” kata Wamentan Sudaryono pada acara 20th Indonesian Palm Oil Conference and 2025 Price Outlook (IPOC 2024) yang di Bali International Convention Center, The Westin Resort, Nusa Dua, Bali, Kamis (7/11/2024).
Baca Juga: Hati-hati Benih Sawit Palsu! Kenali Ciri-Cirinya
Akibat menggunakan benih sawit asalan ini, kata Sudaryono, produktivitas sawit milik petani rendah, jauh dibandingkan produktivitas kebun perusahaan. “Kasihan petani sawit kalau dia menggunakan benih asalan. Setelah menunggu selama 4 tahun tanaman sawitnya berbuah ternyata hasilnya nggak seperti yang diharapkan,” katanya.
Para petani tergiur menggunakan benih sawit asalan karena harganya yang lebih murah dan mudah didapatkan. Bahkan, kata dia, benih sawit asalan ini banyak ditawarkan melalui online.
Baca Juga: Benih Sawit dari Masa ke Masa: Awalnya Diteliti oleh Asosiasi Karet
“Jangan tergiur harga murah, carilah bibit sawit yang memang direkomendasikan dinas perkebunan. Sekali lagi saya minta GAPKI turut memberikan pembinaan, terutama dalam memilih bibit. Gapki harus aktif terjun membantu petani dalam memilih bibit sawit,” kata Sudaryono.
Penggunaan bibit sawit yang berkualitas merupakan faktor yang sangat penting dalam budidaya tanaman tahunan, seperti tanaman sawit. Dengan siklus tanaman 25 tahun, betapa ruginya petani kalau ternyata produktivitasnya rendah.
“Lebih baik beli benih sawit bersertifikat yang harganya lebih mahal, namun produktivitasnya lebih tinggi, dibandingkan beli benih sawit asalan yang murah namun produksinya rendah,” katanya. (SDR)