JAKARTA – Ekspor produk minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan minyak inti sawit (palm kernel oil/PKO) mengalami penurunan 2,38% dari 33,15 juta ton di 2022 menjadi 32,21 juta ton di 2023. Sementara itu ekspor untuk biodiesel dan oleokimia mengalami kenaikan masing-masing sebesar 29.000 ton dan 395.000 ton.
Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Mukti Sardjono mengatakan penurunan ekspor yang besar terjadi untuk tujuan Uni Eropa yakni sebesar 11,6% dari 4,13 juta ton di 2022 menjadi 3,70 juta ton di 2023.
Sebaliknya ekspor untuk tujuan Afrika naik sebesar 33% dari 3.183.000 ton menjadi 4.232.000 ton, China naik 23% dari 6.280.000 ton menjadi 7.736.000 ton. Sementara itu India naik 8% dari 5.536.000 ton menjadi 5.966.000 ton dan USA naik 10% dari 2.276.000 ton menjadi 2.512.000 ton.
Turunnya harga rata-rata kelapa sawit selama 2023 dibanding 2022 di pasar Ciff Rotterdam sebesar 28,7%. Di mana rata-rata harga tahun 2023 adalah USD964/ton atau jauh lebih rendah dibanding tahun sebelumnya dengan rata-rata USD1.352/ton.
“Hal ini menyebabkan penurunan nilai ekspor kelapa sawit Indonesia yang cukup signifikan dari USD39,07 miliar pada 2022 menjadi USD30,32 miliar pada 2023,” tutur Mukti Sardjono.
Mukti Sardjono juga mengatakan bahwa dengan stok awal tahun 2023 sebesar 3,69 juta ton, stok akhir produk CPO dan PKO Indonesia tahun 2023 diperkirakan mencapai 3,14 juta ton. (SDR)