JAKARTA – Fase pembibitan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan budidaya sawit karena fase ini rentan penyakit, antara lain bercak daun dan antaknosa yang dipicu oleh infeksi jamur patogenik. Pengendalian penyakit bercak daun pada umumnya dengan fungisida sintetik. Potensi lain yang dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan bercak daun, yakni energi photon.
Menurut Dr. Bambang Widiyatomo dari Pusat Riset Foton BRIN, energi photon sering kali dipahami sebagai energi dari cahaya (Laser/ LED) yang terbukti mampu membunuh jamur atau bakteri. Energi photon dapat diserap maksimal oleh sel jamur atau bakteri dan menyebabkan panas pada sel tersebut.
Baca Juga: Mengubah POME dengan Mikrolaga Menjadi Bahan Bernilai Tambah
Pemanfaatan energi photon ini diteliti oleh Dr. Bambang Widiyatmoko dan Tim dari Pusat Riset Fotonik BRIN dengan dukungan dana dari BPDPKS. Hasil riset ini diterbitkan dalam ringkasan penelitian Grant Riset Sawit 2023 dengan judul Pengayaan Pemanfaatan Iradiasi Energi Photon untuk Pengendalian Penyakit Bercak Daun dan Pemacu Pertumbuhan.
Pemanfaatan energi photon adalah terobosan untuk mengendalikan bercak daun dengan cara non-kimiawi. Penelitian ini telah dimulai dengan membuat sumber energi photon untuk skala laboratorium dan ujicoba dalam sample terbatas dengan 4 variasi panjang gelombang yaitu infra merah ( l = 808 nm), warna merah (l = 638 nm), warna hijau (l = 530 nm) dan warna biru (l = 405 nm sd l = 450 nm).
Sumber photon ini digunakan untuk meneliti efek penyinaran terhadap perkembangan jamur dan untuk mengetahui dampak penyinaran terhadap kesehatan bibit sawit dilihat dari pola perkembangan tumbuh. Penelitian 1 dilakukan dengan mengiradiasi jamur culvularia Sp yang di isolasi dari pembibitan di Langkat Sumatra Utara, Riau, Kalimantan Barat dan Sumatera Selatan.
Iradiasi jamur dilakukan denganc cara mengisolasi jamur dalam petri dengan diameter 9 cm dan dilakukan dengan memvariasi Panjang gelombang laser/LED dan waktu penyinarannya. Daya photon yang digunakan berkisar 0.01mW/cm2 sampai dengan 0,5 mW/cm2, dengan variasi waktu penyinaran 0 jam ( reference), 1 jam, 3 jam dan 5 jam.
Baca Juga: Peneliti ITS Ciptakan Angkong Sawit Bertenaga Listrik
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa iradiasi laser biru mempunyai efek yang lebih efektif untuk mengendalikan pertumbuhan jamur dibandingkan laser merah dan infra merah. Semakin lama waktu iradiasi ternyata memberikan manfaat lain yakni lebih memperlambat pertumbuhan jamur.
Ujicoba iradiasi menggunakan sumber LED ini untuk mengetahui dampak penyinaran pada berbagai panjang gelombang pada pertumbuhan bibit sawit dan kekuatannya menahan penyakit dari jamur culvularia. Tahap pertama dilakukan dengan menyinari langsung bibit kelapa sawit umur 3 bulan dengan cahaya biru, hijau dan merah dalam rumah iradiasi dalam ruangan (hanya terkena sinar LED) dan diletakkan di ruang terbuka (ada sinar matahari dan LED).
Dari hasil ujicoba ini, pengamatan visual yang dilakukan oleh Dr. Bambang menunjukkan penyinaran LED biru lebih dapat mendorong pertubuhan dibandingkan dengan warna lain. Selain itu, penyinaran laser merah lebih cepat mengeringkan tanah. Selanjutnya dilakukan dengan melihat clorofil daun dengan menggunakan microscope.
Penelitian ini telah menghasilkan prototype laser irradiator (3 buah) dan LED irradiator (2 buah). Sedangkan luaran non-teknis berupa 1 paten terdaftar, 1 paper di prosiding internasional dan 2 draft jurnal internasional. (NYT)