JAKARTA – Salah satu limbah pabrik pengolahan sawit yang bisa menyebabkan pencemaran lingkungan adalah Palm Oil Mill Effluent (POME). Jika tidak ditangani dengan baik, POME bukan sekadar mengganggu estetika lingkungan, namun juga memicu pencemaran. Karena itu, pengelolaan POME harus dilakukan dengan hati-hati aga dampak positifnya yang dapat dirasakan oleh lingkungan sekitar.
Untuk menemukan metode pengolahan POME agar memberikan manfaat, Tim Peneliti ITB dan BRIN yang dipimpin Dr. Ardiyan Harimawan menawarkan biokonversi menggunakan mikroalga. Penelitian yang didanai oleh BPDPKS ini diterbitkan dalam buku Grant Riset Sawit 2023 dengan judul Pengembangan Teknologi Konversi Terintegrasi untuk Pengolahan Palm Oil Mill Effluent (POME) dan Produksi Bahan Bernilai Tambah dengan Biomassa Mikroalga.
Baca Juga: Ini Teknologi Pembuat Carbon Black dari Biomassa Sawit
Biokonversi menggunakan mikroalga/sianobakterium ini dikombinasikan dengan teknologi pengolahan air limbah (phycoremediation) Integrated Membrane BioReactor- Membrane PhotoBioReactor (MBR-MPBR). Proses konversi ini dimonitor zecara real-time, baik dalam kondisi operasi maupun parameter kinerja prosesnya. Mikroalga yang dikultivasi adalah Spirulina platensis dan Scenedesmus dimorphus, mikroalga lokal Indonesia.
Dalam konversi ini, proses aklimatisasi dilakukan secara optimum dalam medium kultivasi yang mengandung 90% POME. Teknologi terpadu ini digunakan untuk menghilangkan komponen cemaran di dalam POME seperti warna, bahan organik, padatan tersuspensi, dan senyawa berbasis nitrogen dan fosfor, dengan target penyisihan sebesar 70-90%. Air limbah POME terolah yang sudah aman dibuang ke perairan umum. Sedangkan residu kering POME dioleh manjadi bahan baku pakan ikan atau pupuk.
Baca Juga: Wow, Beton Ringan Ini Terbuat dari Cangkang Sawit
Selain mengolah limbah POME, proses phycoremediation ini juga menghasilkan biomassa sianobaktrium/mikroalga berkualitas sebanyak 35-100 mg/L per hari dengan nilai ekonomi yang tinggi. Berdasarkan riset ini pada tahap aklimatisasi, sianobakterium Spirulina platensis terpilih sebagai mikroalga yang digunakan pada proses phycoremediation karena mampu menghasilkan produk samping lebih beragam dibandingkan Scenedesmus dimorphus.
Produk samping yang diperoleh dari biomassa sianobakterium Spirulina platensis adalah karbohidrat 11% dalam bobot kering, protein 86%, total lipid 2,4%, fikosianin 1,7 %, klorofil 0,1 % dan karoten 0,7 %. Produk samping ini dapat digunakan sebagai bahan pewarna alami pada makanan beku atau pangan fungsional dan bahan fortifikasi pakan ikan dan ternak. Tapi, untuk pemanfaatan produk samping dibutuhkan kajian tentang biasanya.
Penelitian lebij jauh tentang konfigurasi dan kondisi operasi sistem MBR-MPBR yang terkait dengan biaya ini diharapkan dapat mewujudkan penerapan ekonomi sirkular berbasis industri sawit dengan mengandalkan sumberdaya lokal. (NYT)