JAKARTA – Pangsa pasar minyak sawit di Aljazair terus meningkat. Tentu ini kabar yang menggembirakan Indonesia sebagai produsen minyak sawit nomor wahid di dunia.
Saat ini pangsa pasar minyak nabati di negara Afrika Utara ini masih dikuasai minyak kedelai sebanyak 69%, diikuti oleh minyak zaitun sebesar 28,9%, dan selanjutnya minyak sawit di posisi ketiga dengan pangsa pasar 20%.
Namun, potensi untuk meningkatkan penggunaan minyak sawit di negara berpopulasi 44,18 juta penduduk pada 2021 ini masih terbuka. “Meskipun sulit untuk menembus pasar minyak sawit lantaran dominasi minyak kedelai sebagai minyak pilihan konsumen, masih ada peluang bagi olein sawit untuk mendapatkan bagian dalam industri minyak goreng,” kata Lamyaa El Enany dari Malaysian Palm Oil Council (MPOC).
El Enany mengungkapkan saat ini minyak sawit di Aljazair digunakan untuk bahan baku margarin 13%, biskuit dan keju 3% serta minyak sayur 2,7%. “Pasar minyak ghee pun kini telah didominasi oleh minyak kelapa sawit, hampir semua produk ghee sebanyak 30.000 ton yang diproduksi di Aljazair berbasis kelapa sawit,” katanya.
Disebutkan saat ini pangsa pasar minyak nabati di Aljazair didominasi oleh minyak kedelai. Beberapa alasan menyebabkan meningkatnya impor minyak kedelai yang sangat besar.
Antara lain harga minyak kedelai yang kompetitif di pasar lokal. Hal ini lantaran minyak kedelai dibebaskan dari bea masuk dan PPN. Di samping juga karea pemerintah Aljazair memberikan subsidi minyak goreng yang dihasilkan dari minyak kedelai.
Sementara budidaya biji-bijian minyak nabati Aljazair tidak berkembang dengan baik, akibat kebijakan pertanian sebelumnya. Sebagian besar minyak nabati komersial diproduksi di dalam negeri dari minyak nabati mentah impor.
Bahan baku minyak nabati tersebut disuling secara lokal oleh dua kilang utama yaitu, Enterprise National des Corps Gras (ENCG) dan Cevital Group). “Namun demikian pemenuhan untuk pasokan di dalam negeri masih sangat kecil dibandingkan dengan kebutuhan masyarakat Aljazair,” kata El Enany. (SDR)