BALI – Seluruh pemangku kepentingan industri kelapa sawit sepakat mendorong produktivitas kebun swasta dan rakyat untuk meningkatkan produksi crude palm oil (CPO) agar program jangka panjang pemerintah bisa terlaksana.
Berdasarkan data Riset Perkebunan Nusantara (RPN), dari total 6,94 juta hektare (ha) milik petani, 1,36 juta ha di antaranya ditanami oleh pohon sawit berusia di atas 25 tahun. Adapun tanaman muda dengan usia di bawah 3 tahun mencapai 1,64 juta ha dan tanaman dewasa antara 4-25 tahun seluas 3,94 juta ha. Hal itu membuat produksi CPO nasional mengalami stagnasi dan cenderung menurun di masa depan.
Baca Juga: Pelaku Industri Kelapa Sawit Sepakat Dorong Produktivitas
Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Eddy Martono mengatakan salah satu hal penting yang perlu segera direalisasikan adalah peningkatan produktivitas perkebunan kelapa sawit. Dengan begitu, stagnasi produksi kelapa sawit dalam beberapa tahun terakhir bisa diselesaikan.
Menurutnya, seluruh pemangku kepentingan diharapkan dapat menerapkan praktik budidaya yang baik dan berkelanjutan. “Peningkatan produktivitas kebun kelapa sawit, dapat mendukung program biodiesel pemerintah yang ditargetkan menjadi B50 pada 2026, tanpa mengganggu ekspor CPO,” kata Eddy Martono pada acara 20th Indonesian Palm Oil Conference and 2025 Price Outlook (IPOC 2024) yang di Bali International Convention Center, The Westin Resort, Nusa Dua, Bali, Kamis (7/11/2024).
Baca Juga: Diumpakan Angsa Bertelur Emas, Pemerintah Konsisten Dukung Industri Sawit
Ketua Perhimpunan Ilmu Pemuliaan dan Perbenihan Sawit Indonesia Edy Suprianto menambahkan peningkatan produktivitas akan menjadi tantangan utama industri kelapa sawit dalam beberapa tahun ke depan. Pasalnya, salah satu upaya paling efektif meningkatkan produktivitas ialah melalui program replanting.
“Permintaan CPO akan terus meningkat sedangkan waktu yang kita butuhkan untuk mendorong produktivitas melalui replanting ialah 5 tahun,” ungkapnya.
Edy menambahkan selain selain replanting, peningkatan produktivitas bisa dengan menerapkan praktik agronomi yang lebih baik seperti pengelolaan air, pupuk, serta pengendalian hama & penyakit.
Baca Juga: Tantangan Kian Pelik, GAPKI Siap Kolaborasi dengan Pemerintah
Sementara itu, Professor University of Nebraska-Lincoln (USA) Patricio Grassini menambahkan Indonesia berpotensi meningkatkan yield kelapa sawit seperti yang terjadi pada komoditas padi dan jagung.
“Kita perlu lebih intensif meningkatkan produktivitas sehingga tantangan seperti keterbatasan lahan bisa teratasi, beban tenaga kerja terselesaikan dan kita semua terhindar dari kampanye isu-isu lingkungan,” ungkapnya.
Dalam risetnya, Patricio memproyeksikan dengan replanting dan intensifikasi maka produktivitas CPO bisa naik dari 3,4 ton per ha pada saat ini menjadi 8 ton per ha. Dengan begitu, produksi CPO nasional dapat terkerek hingga 108 juta ton per tahun dengan potensi pemasukan USD97 miliar per tahun. (SDR)