JAKARTA – Indonesia nampaknya akan terus konsisten untuk memperbesar porsi penggunaan energi bersih ramah lingkungan. Kini kita telah menerapkan mandatori atau kewajiban penggunaan biodiesel berbasis minyak sawit sebesar 35% untuk dicampurkan ke bahan bakar minyak (BBM) fosil atau biasa disebut B35.
Ke depan, porsi penggunaan biodiesel yang menggunakan bahan baku minyak sawit ini ditingkatkan menjadi 40% atau B40. Bahkan pemerintah bakal mencanangkan penggunaan biodiesel 100%.
“Ke depan energi yang kita gunakan harus 100% energi bersih. Kita punya sawit yang yang bisa diolah menjadi biodiesel. Kita juga bisa produksi bioethanol. Potensi itu ada di kita,” ujar Calon Presiden (Capres) Prabowo Subianto pada acara Debat Calon Presiden yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) beberapa waktu yang lalu.
Berdasarkan rekap update hasil real count Pilpres 2024, Rabu (6/3/2024), pukul 07.00 WIB, pasangan capres-cawapres nomor 02, Prabowo-Gibran belum terkejar. Pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka meraih 75.361.187 suara (58,82%). Diikuti pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar 31.376.418 (24,49%) dan pasangan Ganjar Pranowo-Mahhfud MD di posisi ketiga dengan perolehan suara 21.374.457 (16,68%).
Seakan ingin mengimplementasikan program pasangan Prabowo-Gibran, Andi Amran Sulaeman yang saat ini menjabat sebagai Menteri Pertanian (Mentan) pun bergerak cepat. Menteri asal Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel) ini menugaskan Direktur Jenderal (Dirjen) Perkebunan Andi Nur Alam Syah untuk menyusup roadmap pengembangan perkebunan kelapa sawit dan tebu di Pulau Papua.
Menurut Andi Nur Alam Syah, Kementerian Pertanian (Kementan) bakal menjadikan Papua sebagai pusat energi terbarukan. “Direktorat Jenderal Perkebunan mendapat tugas dari Bapak Menteri Pertanian (Mentan) untuk menyusun konsep ‘Papua Masa Depan sebagai Pulau Energi Terbarukan’,” kata dia dalam Rapat Koordinasi Nasional tentang Akselerasi Peremajaan Sawit Rakyat dan Antisipasi Dampak El Nino di Jakarta, Selasa (5/3/2024).
Dirjen Andi Nur Alam Syah menambahkan, Indonesia Timur, termasuk Papua berpotensi sebagai buffer atau penyangga pangan dan energi nabati, yaitu biodiesel dan biofuel lewat pengembangan perkebunan kelapa sawit dan tebu.
“Pengembangan Papua sebagai pulau energi berdampak pada ketahanan pangan dan energi nasional, membuka lapangan kerja yang akan menyerap 60% penduduk Papua, serta peningkatan kesejahteraan rakyat Papua,” ujarnya.
Menurutnya, produk hilirisasi yang dihasilkan diperuntukkan untuk pemenuhan pangan rakyat Papua. Seperti gula dan minyak goreng, substitusi BBM nasional, juga diekspor.
Pengembangan Papua sebagai pulau energi, jelasnya, menargetkan produksi minyak goreng dan biodiesel (B100), pengembangan 1 juta hektare (ha) kelapa sawit, investasi 9 pabrik minyak goreng yang akan menghasilkan 1 juta minyak goreng, serta 33 pabrik biodiesel untuk menghasilkan 4,6 juta ton B100.
Tak hanya itu, Papua juga akan dirancang sebagai penghasil gula dan bioetanol, lewat pengembangan 1 juta ha tebu, mendorong investasi 42 pabrik gula untuk menghasilkan 10 juta ton gula kristal putih (GKP) atau 6 juta kiloliter bioetanol. (ANG)