JAKARTA – PT Perkebunan Nusantara III (Persero) menyatakan siap untuk berkolaborasi bersama dengan Rumah Sawit Indonesia (RSI), sebagai upaya mewujudkan Asta Cita atau delapan misi yang diusung Presiden Prabowo Subianto untuk mewujudkan visi Bersama Indonesia Maju Menuju Indonesia Emas 2045, terutama dalam bidang ketahanan pangan nasional.
Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara III (Persero) Mohammad Abdul Ghani mengatakan RSI yang merupakan asosiasi tempat berkumpulnya pelaku usaha perkebunan sawit memiliki peran strategis berkontribusi positif ekosistem sawit nasional.
“RSI memiliki peran strategis untuk membentuk dan mendukung ekosistem yang tepat bagi perkebunan sawit nasional, terutama dalam mewujudkan Asta Cita Presiden Prabowo dalam penguatan ketahanan pangan nasional,” kata Abdul Ghani.
Baca Juga: PTPN IV Kapalkan 14.500 Ton CPO di Riau Hasilkan Devisa USD13 Juta
Abdul Ghani menyampaikan pendapatnya tersebut ketika menjadi pembicara di seminar “Menggapai Kedaulatan Pangan, Energi, dan Ekonomi Melalui Perkebunan Sawit untuk Menuju Indonesia Emas 2045” yang diselenggarakan oleh Rumah Sawit Indonesia (RSI), Senin (18/11/2024). Seminar ini merupakan agenda pembuka Kongres RSI yang pertama.
Untuk itu, Dia menjelaskan bahwa pihaknya siap berkolaborasi dengan RSI yang menjadi wadah bagi seluruh pelaku sawit baik mulai dari perusahaan berskala besar hingga smallholders layaknya pekebun.
Selanjutnya disebutkan Ghani, Holding Perkebunan Nusantara yang memiliki 3 sub holding dan beberapa anak perusahaan dengan berbagai bidang usahanya tersebut memiliki berbagai program unggulan untuk mendukung program swasembada pangan dan energi baru terbarukan melalui initiative strategy 2024-2025.
Baca Juga: PTPN IV Regional I Realisasikan PSR Seluas 744,93 Ha
Strategi itu meliputi pengelolaan perkebunan sawit yang ramah lingkungan, hilirisasi sektor pangan, peningkatan produktivitas melalui akselerasi peremajaan sawit rakyat. “Saat ini terdapat 2,8 juta hektare (ha) sawit rakyat yang berusia di atas 25 tahun untuk segera diremajakan. Ini menjadi salah satu momentum bagi PTPN dalam memperkuat ketahanan pangan melalui program intercropping,” jelasnya.
Pendekatan intercropping sendiri merupakan program budidaya dua komoditas berbeda dalam satu hamparan yang sama melalui program peremajaan sawit rakyat (PSR). Setiap tahun, ia menjabarkan dibutuhkan akselerasi PSR hingga 400.000 ha.
Melalui program intercropping di areal PSR berpotensi membentuk areal tanam padi seluas 136.000 ha pasa 2025 dan menghasilkan 476.000 ton gabah kering panen (GKP). “Insya Allah dengan dukungan seluruh pihak, termasuk kolaborasi bersama RSI, maka akan dihasilkan sedikitnya 238.000 ton beras melalui program intercropping di areal PSR tadi,” tuturnya.
Baca Juga: Pernah Rugi Rp1,14 Triliun, Tahun Ini PTPN Bidik Laba Rp3,9 Triliun
Untuk itu, ia mengatakan ke depan kolaborasi antara RSI dengan PTPN perlu semakin diperkuat sehingga Asta Cita Presiden Prabowo dalam mewujudkan swasembada pangan bisa tercapai.
Sementara itu, Direktur Utama PTPN IV PalmCo Jatmiko Santosa mengaku siap untuk mendukung program yang diusung Holding Perkebunan Nusantara III, terutama melalui pemanfaatan areal PSR melalui intercropping padi gogo.
Ia mengatakan bahwa dalam waktu dekat, program itu secara resmi akan diluncurkan di PTPN IV Regional III, tepatnya di areal replanting PSR Koperasi Produsen Mandiri Karya Maju, Kabupaten Siak, Riau. “Kita sangat siap mendukung dan memperluas program ini, dan kolaborasi seluruh pihak bisa kita wujudkan dalam memperkuat ketahanan pangan nasional,” harapnya.
Ketua Umum RSI Kacuk Sumarto mengatakan berdasarkan kajian RSI, jika peremajaan kelapa sawit dilakukan secara konsisten, terdapat setidaknya 1 juta ha yang memungkinkan ditanami tanaman sela (intercropping) komoditas bahan-bahan pangan dan energi. Terlebih jika bisa dikonsumsi secara lokal, akan menghemat banyak sekali biaya logistik. (SDR)