JAKARTA – Permintaan pasar terhadap pupuk organik terus meningkat di tengah mahalnya harga pupuk nonsubsidi. Tidak heran kalau permintaan pasar, baik pasar domestik maupun luar negeri terus meningkat.
“Saat ini kami tengah dikejar-kejar demand super tinggi baik di dalam negeri maupun luar negeri. Maka, kami harus mempersiapkan quality control terbaik serta memperbanyak dan memperluas pabrik agar bisa mencukupi permintaan yang terus meningkat,” kata Mulyono, Founder dan CEO PT Turrima Agro Mas dalam keterangan tertulisnya pada 15 Maret 2024.
Untuk perluasan pabrik ini, Turrima menjaring kalangan profesional multinasional. Kandidat yang masuk seleksi Turrima berasal dari berbagai jenis industri skala nasional dan global. Ada yang berasal dari perusahaan FMCG, industri farmasi, pakan ternak, teknologi industri dan sebagainya.
Baca Juga:
Untuk pengembangan produksi ini, Turrima mencari kandidat manajer produksi yang berpengalaman mengelola pabrik, manajer operasional serta manajer pengembangan usaha yang memiliki pengalaman pengembangan bisnis dan arena pemasaran baru.
Mulyono mengatakan kandidat dan keluarga harus siap tinggal di desa pinggiran Kabupaten Sragen tempat pabrik pusat berlokasi. Selain itu, mereka juga harus berani berkulit gosong di bawah paparan terik matahari serta bersedia belajar ngaji pada kyai kampung.
PT Turrima didirikan oleh Mulyono pada 1998 dengan fokus pada produksi pupuk organik. Turrima menyasar pasar ekspor dan pasar dalam negeri, Selain di Sragen, saat ini Turrima memiliki 9 pabrik pupuk kompos di berbagai daerah. Jumlah pabrik itu belum termasuk produksi kemitraan yang mereka jalin dengan beberapa peternak lokal.
Baca Juga:
- BGA Kembangkan Karbonisasi Tandan Kosong Sawit Jadi Pupuk Organik
- Ciptakan Astemic, Astra Agro Terus Gali Potensi Pupuk Non Kimia
Selain memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri yang terus meningkat, sejak tiga tahun silam pemasaran pupuk organik Turrima menembus pasar ekspor khususnya ke negara Afrika dan Kuwait. Sementara untuk pasar dalam negeri, 40% diserap pasar business to business (B2B) dan sisanya masuk pasar ritel.
Di pasar Afrika, saat ini baru mampu memenuhi permintaan empat sampai lima container dalam satu tahun. Padahal permintaan dari benua itu terus meningkat dari waktu ke waktu karena dinilai berhasil memperbaiki dan menyuburkan lahan pertanian di sana. (NYT)